2020 The Year of Whatever.....Kita Semua Mendadak SAMA | KataTatas, ini Kaleidoskop 2020

Tahun 2020 akan menjadi tahun yang sangat diingat semua orang yang masih tersisa di muka bumi ini. Tahun Pandemi...Tahun Corona....Tahun Virus...Tahun Whatever-lah. Dan cerita Kaleidoskop saya ini ya benang merahnya adalah SAMA dengan cerita sampeyan dan yang lain-lainnya. Kalo di Indonesia, seperti yang saya dan sampeyan tahu shifting (perubahan) ini dimulai bulan Maret 2020.

Bulan Maret 2020, negara tergagap mau ambil tindakan apa, rakyat panik melihat, membaca dan mendengar berita sehingga ribut sendiri dengan opsi Lockdown atau Sosial Distancing. Saya pernah tuliskan di artikel 'Perlukah Lockdown atau Cukup Dengan Social Distance' cerita kita saat itu.
April, Mei dan Juni keadaan semakin memburuk, para oportunis beraksi mau cari untung sendiri (dengan menumpuk masker + hand sanitizer) dan semua orang panik berpikir semua hal yang awalnya tidak pernah terpikir, tidak pernah terbayangkan.

Bahkan kemudian sampai di penghujung tahun 2020-pun belum tampak juga solusi terjitu untuk mengakhiri Pageblug Pandemi ini. Semua negara berusaha keluar dari situasi Pandemi ini, dan baru sampai pada tahap memperlambat laju efek penyebaran Covid-19, karena belum ada satu negarapun yang sudah berhasil menemukan obat yang manjur 97%. Entah kalo obat herbal ciptaan Profesor yang waktu itu rame dan viral karena di klaim 100% kemanjurannya, buktinya yang katanya ribuan orang bisa disembuhkan, tapi dimana si orang-orang yang sembuh itu berada...entah.

Pandemi Covid 19 ini tidak mengenal strata dan kasta sosial, tidak mengenal ras, suku ataupun agama, semua SAMA di hadapan Corona. Dengan imbas yang sama dalam hal ekonomi dan ketahanan pangan. Cerita-cerita ini pernah saya artikel-kan dg judul Abang Driver Ojol...You Never Walk Alone, dan semua cerita di tulisan saya itu tidak kemudian berhenti sampai disitu saja. Sampai penghujung tahun 2020 ini, orang-orang yang tetap bisa menjalani hidup dengan gaya hidup yang SAMA seperti sebelum Pandemi hanyalah para Sultan yang uangnya gak berseri. Sedangkan untuk orang-orang strata atas sedikit menengah, strata menengah dan strata bawah ya semakin laper sehingga sangat sulit ketika dihimbau untuk bermasker dan perduli dengan protokol kesehatan.
 

Mendadak Masker

Di tahun 2020 semua orang mendadak punya dress code yang sama, wajib pakai masker. Padahal di tahun-tahun sebelumnya masker itu (seringnya) cuma dipakai pada waktu naik motor atau kondisi sedang banyak debu dan asap.
Masker Merah Putih - dok. Pribadi
Masker mendadak menjadi salah satu kebutuhan primer yang wajib dimiliki setiap orang. Ketemu tetangga, pakai masker.....Ke tukang sayur, pakai masker.....Ke pasar, pakai masker....Ke Mall, pakai masker.....Keluar rumah, Pakai masker. Pokoknya wajib pakai masker.
Coba Dicari Yang Gak Pakai Masker - dok. Berbagai Sumber
Momentum mendadak masker ini kemudian dimanfaatkan oleh banyak oportunis yang melihat ketimpangan antara supply dan demand. Permintaan banyak tapi barang langka/hilang (dihilangkan) dari pasaran, akhirnya meroket naiklah itu harga masker. Masker Medis / Masker Ojol yang sebelum Pandemi Covid 19 di jual seharga Rp 25.000 per box isi 50 pcs, ketika awal masa Pandemi harganya melonjak sampai 1000% sehingga dipasarkan dengan harga Rp 500.000-an per boxnya.
Gile lu ndro....bisa mendadak jadi Sultan dong yah

Ibadah Online

Bulan April 2020, Pemerintah mulai memperketat aturan terkait Covid-19 sehingga semua kegiatan di luar rumah menjadi amat sangat dibatasi, salah satunya kegiatan beribadah. Memang sih dari jaman saya kecil-pun sudah sering disampaikan ungkapan ini 'Tuhan ada dimana-mana' sehingga jika memang keadaan gawat darurat, gak salah juga toh kalo memang harus beribadah dirumah saja. Yang penting kan niatnya benar untuk ketemu Tuhan.....pasti ketemu koq. Keseruan ibadah di rumah saya ceritakan di artikel 'Streaming Menghadirkan Tuhan'
Misa Streaming Online - dok. Pribadi
Hampir disemua tempat ibadah ditutup, walaupun saat itu masih ada yang ngeyel sehingga akhirnya timbul kluster-kluster penyebaran virus dari berkumpulnya orang-orang yang ingin beribadah bersama.

Umat Kristen dan Katolik saat itupun harus berbesar hati untuk mau beribadah memperingati Paskah 2020 di rumah masing-masing. Demikian-pun Umat Islam yang harus rela merayakan kemenangan puasanya dan merayakan Hari Raya Idul Fitri 2020, juga di rumah saja. Tanpa Mudik, tanpa Libur Panjang tapi untungnya masih tetap bersama opor dan ketupat, seperti di cerita saya tentang 'Sungkeman, Lebaran dan Alasan Mudik'.
Setelah sekian ratus tahun Tuhan 'dipenjara' dalam sebuah bangunan (yang harus ber-IMB) yang disebut dan dinamakan 'Rumah Tuhan', mungkin pada tahun 2020 ini pada akhirnya Tuhan bisa bebas menyapa dan hadir kembali di tempat-tempat yang semestinya....di dalam hati orang-orang yang mengimani-Nya.

Sekolah Online

Tahun Ajaran 2020/2021 adalah tahun tersepi untuk sekolah-sekolah baik sekolah swasta ataupun sekolah negeri, di semua jenjang pendidikan dari PAUD, TK, SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi. Ruang-ruang bermain kosong ditinggalkan canda dan tawa anak-anak. Ruang Perpustakaan makin tebal selimut debu yang menyelimuti buku-buku di rak yang tertata rapi. Ruang Diskusi jadi sepi tanpa perdebatan literasi dan interaksi.
Tetap Berseragam Walaupun Sekolah Online - dok. Berbagai Sumber
Bukan karena sekolah kehilangan minat murid-muridnya untuk pergi ke sekolah, bukan karena sekolah tidak ada yang mendaftar. Buktinya di awal tahun ajaran tetap banyak koq orang tua yang berebut mendaftarkan sekolah anaknya. Cerita berebut bangku sekolah negeri saat pendaftaran sekolah di tahun ajaran baru ini saya tuliskan di artikel 'Zonasi, Umurisasi atau Prestasi'.

Setelah dapat sekolah lalu bagaimana kalau ternyata bangkunya itu harus pakai bangku sendiri, Ruang kelas-nya di rumah sendiri, dan ketemu gurunya cuma via video atau aplikasi tatap muka seperti Zoom.
Drama Sekolah Online - dok. Berbagai Sumber
Guru-guru banyak yang tergagap dengan situasi dan kondisi ini. Sementara para Guru ini harus membuat materi pelajaran ekstra yang harus bisa mereka sampaikan via Pembelajaran Jarak Jauh, disisi lain para guru ini juga punya anak yang harus didampingi saat Pembelajaran Jarak Jauh via aplikasi dan smartphone. Ini para Guru, bagaimana dengan orang tua yang biasanya tidak sepanjang hari bersama anaknya, karena anaknya (bisa dititip) sekolah ? 
Semakin Stress para orang tua ini berpikirnya, dimana pelajaran anak-anaknya terkini mereka gak paham dan mengikuti eh mereka dituntut untuk bisa jadi guru pendamping (guru pengganti)....mana tahan para orang tua ini dengan kelakuan anaknya seharian full.

Setidaknya hikmah dibalik ini adalah orang tua jadi lebih bisa memahami permasalahan yang dihadapi para guru setiap hari dalam 'menjinakkan' anak-anaknya. Buat orang tua yang gak suka kalo anaknya dimarahi, dijewer, disabet penggaris atau dihukum berjemur karena anaknya tidak bisa disiplin, ngeyelan dan bandelnya nauzubillah...selamat menikmati proses mengajari anak-anak sampeyan tentang adab, sopan santun dan keilmuan...biar nantinya gak tumbuh menjadi generasi yang kurang ajar.

Tapi tenang bapak-bapak dan ibu-ibu yang sudah gak tahan mendidik dan mengajari anaknya sendiri, nanti Januari 2021 sekolah sudah akan diperbolehkan Pembelajaran Tatap Muka koq. Syarat dan Prosedurnya saya ceritakan di artikel 'Akhirnya, Dunia Pendidikan Memulai Masa Transisi Menuju Kebiasaan Baru'. Walaupun saya sih yakin 90% orang tua masih keberatan dan belum mau anaknya ikut Pembelajaran Tatap Muka dengan alasan takut anaknya ketularan virus Covid 19. 
Pembelajaran Jarak Jauh - dok. Pribadi
Takut anaknya ketempelan virus Covid 19, tapi males dan merasa berat atau gak ngerti dan frustasi ngajarin anaknya sendiri di rumah....njur karepmu kuwi piye son ?

Work From Home

Dulu kalo ditanya 'Kerja dimana om ?' terus kalo dijawab 'Saya kerja di rumah'. Otomatis pandangan orang-orang, tetangga dan handai taulan yang tadinya penasaran nanya-nanya langsung berubah jadi gak jelas. Dalam hati yang nanya akan berlanjut pertanyaan yang tak terucap 'Emang kerja apaan dirumah...nyuci, nyapu, ngepel ?...gak jelas blas...apa malah jagain lilin doang dirumah tuh...'

Padahal banyak kerjaan yang bisa dilakukan dari rumah....kerja kan gak mesti di kantor. Dari jualan online, jadi freelancer online seperti gabung di Fiverr (ini belum sempat saya bikinin artikelnya), jualan Foto di Microstock seperti artikel saya 'Cara Jualan Foto di Bayar Dollar' atau iseng nonton video lucu dibayar seperti artikel saya tentang 'Benarkah Clipclaps Membayar 30juta Hanya Dengan Menonton Video Lucu' dan masih banyak hal yang bisa dilakukan dan menghasilkan sekalipun kita kerja dari rumah. Atau mungkin hanya nulis artikel seperti saya ini, jadi blogger dan jadi Youtuber, bisa juga lho menghasilkan uang dari rumah, asal mau kreatif.

Tapi bukan itu maksudnya istilah Work From Home di masa Pandemi ini. Work From Home (WFH) yang jadi ngetrend ketika Pandemi Covid 19 adalah saat sebagian besar orang-orang kantoran memindahkan ruang kerjanya di rumah sehingga pekerjaan administrasi dan pekerjaan yang tidak perlu kehadiran fisik di kantor, seperti Penyiar Radio misalnya atau Sales yg kerjanya bisa dilakukan dari rumah masing-masing. 
Banyak kantor yang kemudian menerapkan kebijakan shifting karyawannya 25% kerja onsite dan 75% WFH demi menghindari terjadinya penyebaran Covid-19 kluster perkantoran.
Work From Home via Zoom - dok. Pribadi
Rapat-rapat koordinasi team kerja, ketemu dan diskusi dengan klien serta vendor, negosiasi bisnis dan lain-lain kemudian lebih banyak dilakukan melalui aplikasi-aplikasi meeting online. Bisa menggunakan aplikasi Zoom, Google Meet, Whatsapp Group, Live IG, Live FB dan banyak lagi pengembang aplikasi meeting online yang bermunculan. Aplikasi Zoom sendiri tercatat mengalami kenaikan penjualan 355 persen semenjak Pandemi. 

Penjualan Online Store juga meningkat tajam seiring dengan banyaknya konsumen Mall dan pasar swalayan yang beralih ke online shop karena lebih aman dari virus. Mereka lebih percaya belanja secara online ketimbang keluar belanja langsung ke toko, memperkecil ketempelan virus katanya. 
Jasa logistik juga mengalami kenaikan pengguna jasanya. Hal ini karena banyak kemudian UMKM yang mengerjakan ordernya dari rumah dan melakukan delivery dari rumah. Tentang kemunculan Jasa Pengiriman Logistik yang baru ini, saya tuliskan pada artikel 'Delivery Terjadwal dan Tepat Waktu Yang menentukan Suksesnya Bisnis', sebuah cerita tentang aplikasi Lalamove.

Membiasakan Mencuci Tangan

Kebiasaan baru yang digalakkan dan sering dikampanyekan selain Pemakaian Masker adalah cuci tangan. Di awal pandemi pembiasaan ini kemudian juga dimanfaatkan oleh kaum oportunis yang membuat sabun cair dan cairan hand sanitizer menghilang di lapangan. Cairan Hand Sanitizer lalu banyak yang dijual secara literan dengan harga per 5 liternya mencapai Rp 1 juta lebih.
Cairan Hand Sanitizer 5 literan - dok. Pribadi
Belum lagi kemudian bermunculan pembuat dan penjual alat cuci tangan baik yang otomatis, semi otomatis dan manual. Saya kemudian mencoba mensiasati dengan membuat sendiri peralatan (kran air) air mengalir dengan memanfaatkan barang-barang yang tidak terpakai.
Proses pembuatan alat cuci tangan dengan sensor ini saya tuliskan di artikel 'Dispenser Elektrik Bebas Sentuh'
Wastafel Cuci Tangan Otomatis by PT. ALMIK - dok. Facebook
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dengan air mengalir setelah melakukan kegiatan apapun yang kemungkinan ada kontak tangan dengan benda-benda sekitar, disinyalir sebagai cara yang ampuh untuk membunuh Virus Covid-19 yang menempel di tangan. Atau minimal tangan dibersihkan dengan Hand Sanitizer menjadi salah satu dari 3 Protokol Kesehatan yang wajib dilakukan.

Padahal dulu sebelum Pandemi, mau makan aja males bener untuk cuci tangan.....tambahan vitamin katanya. Lha koq sekarang mau apa-apa mesti cuci tangan dan langsung mandi setelah beraktifitas diluar rumah.
Tapi bisa juga kan nyatanya untuk memulai hidup sehat....
Ya sudah lanjutkan kebiasaannya ya...

Menjaga Jarak (Aman)

Awas...Jaga Jarak, begitu gambar dan tulisan yang sering ada di bak belakang truk. Kalo sampeyan biasa nongkrong di warung kopi, kumpul-kumpul arisan di pos ronda, atau grudag grudug kesana-kemari berame-rame, Tahun 2020 ini menjadi tahun yang nestapa. Sampeyan mungkin akan merasa kosong, hampa dan tidak punya teman. Jangankan saling bergandengan, salaman saja sekarang ini sudah diganti dengan salam-salam yang tidak saling menyentuh.
Berdiri di antrian atau duduk harus berjarak, bahkan untuk bayar belanjaan di mini market aja sekarang diatur menggunakan garis-garis. Ya positifnya mungkin jadi gak ada lagi tuh emak-emak yang dengan sigap menyerobot antrian.
Tanda yang Umum di Meja Umum - dok. Pribadi
Menjaga Jarak ini juga salah satu Protokol Kesehatan yang wajib dilakukan selama hampir lebih dari 9 bulan ini....dan mungkin akan berlanjut sampai masa Pandemi Covid 19 dinyatakan selesai. Demi untuk bisa tetap menerapkan protokol jaga jarak minimal 1,5 meter ini, kemudian timbul kebijakan pengurangan kapasitas. Baik itu kapasitas pengunjung di mall, pengunjung resto (untuk yang dine in) sampai nanti pengurangan kapasitas kelas dan ruang kantor.

Di semua sektor, kapasitas maksimal orang dalam satu ruangan di reduce sampai kurang dari 50%. Bahkan sampai di kendaraan umum dan tempat-tempat yang memungkinkan timbulnya antrian. Tapi bukan Indonesia namanya kalo semua hal itu bisa sukses lempeng dilakukan tanpa gejolak, karena masih banyak orang-orang ngeyel dan egois di negeri ini.
Seperti yang ramai di medsos beberapa bulan belakangan ini dimana timbul banyak spot kerumunan yang mestinya tidak perlu terjadi. Ada yang demo, ada yang menyambut kepulangan, ada yang hajatan (mantenan/kawinan) sampai kemudian ada antrian pencoblos yang mau menggunakan hak pilihnya.

Yah begitulah Indonesia....

Mendadak Olah Raga

Demi untuk meningkatkan imunitas tubuh, banyak orang yang kemudian mulai giat melakukan olahraga di rumah sendiri atau secara kolektif komunal (Online Run) berlari (sendiri) di seputaran lingkungan perumahannya. Bersepeda dan Lari (Cycling dan Running) adalah olahraga yang jadi trend selama tahun 2020 ini. Terbukti dengan melonjaknya penjualan sepeda....sampai sepeda bermerk (sebut saja BROMPTON) yang harganya puluhan juta saja laku terjual bak kacang goreng. Tentang bersepeda, saya tuliskan di artikel 'Peneng atau Plombir'.
Hebat ya orang Indonesia....masih banyak yang sanggup beli sepeda puluhan juta, sementara ya masih banyak juga orang-orang yang sedang bingung karena kehilangan penghasilan akibat Pandemi.
Towing Sepeda - dok. Pribadi/Whatsapp
Bagi mereka yang budget dananya terbatas ya cukup berolahraga di rumah saja. Memanfaatkan teras untuk bergerak dan berkeringat....sing penting obah, sekaligus menikmati sinar matahari pagi yang kaya vitamin.
Main Bulutangkis di Halaman - dok. Pribadi

Tahun 2020 adalah tahun yang tetap penuh dengan cerita yang (akan) telah terlewati. Apapun yang telah kita semua lalui, bersama atau sendiri-sendiri adalah merupakan cerita yang wajib kita syukuri.

Atur langkah lagi, siapkan strategi baru untuk menghadapi semua hal yang tidak pasti....karena siap gak siap perubahan akan tetap selalu terjadi. Barangsiapa tidak siap menghadapi dan beradaptasi dengan perubahan, pilihannya hanya tertinggal jauh dibelakang atau mati.

Setidaknya tetap lakukan Protokol 3M (Menjaga Jarak, Mencuci Tangan dan Memakai Masker), hindari kerumunan yang tidak produktif dan kondusif. Mungkin memang Pandemi ini diijinkan Tuhan untuk terjadi agar kita punya waktu untuk kita masing-masing berkontemplasi dan ber-musahabah diri.

So Life must go on my friends....

Tetap yakin dan Percaya...
Karena Badday Pasti Berlalu....
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu