Melukat = Self Healing ?

Kalo kata anak Jaksel, 'Lu tuh perlu Healing, biar fresh lagi...sekali-kali lu ke Bali deh ikutan Melukat'. Apa iya Melukat itu = Healing ?. Padahal ya kalo dipikir-pikir mungkin mereka, saya, atau sampeyan ke Bali itu cuma Travelling....jalan-jalan. Dan c'mon man....ngerti nggak sebenernya Melukat itu apa dan bagaimana ? Bukan sekedar Nyebur atau terima guyuran Tirtha aja....

Ditambah lagi banyak artis ibukota yang ke Bali trus tiba-tiba Melukat. Lantas langsung masuk penggorengan (padahal minyak goreng sempat susah dicari), ada yang bilang kalo artis yang melukat itu otomatis masuk Hindu. Hadeeehhh....saya kadang mikir, para kaum penggorengan itu benar-benar mengenal, mengerti dan paham tentang Hindu (Hindu Bali, khususnya) atau memang cuma mau jadi kompor mledug saja. Menyedihkan memang, karena banyak orang kemudian ikut tergoreng dan gosong akhirnya. Coba baca deh artikel saya 'Cerita Inkulturisasi Hindu Bali', mungkin sampeyan bisa dapat sedikit gambaran dan pencerahan tentang Sejarah dan seperti apa Hindu (khususnya Hindu Bali) itu.

Artikel ini saya peruntukkan untuk sampeyan dan mereka yang sempat terombang-ambing dan jadi salah menafsirkan karena gak tau persis apa yang sebenarnya sampeyan tafsirkan tentang Tradisi Melukat. Sedikit ya...karena saya juga cuma tahu sedikit.

Apa itu Melukat ?

Mengutip dari Tirto.Id yang merujuk pada ejournal.ihdn.ac.id, Melukat adalah salah satu rangkaian dalam ritual Tirtayatra atau melekukan perjalanan ke tempat-tempat suci untuk melakukan ritual persembahyangan, bermeditasi atau mengambil tirta (air suci). Senyatanya, bukan hanya agama Hindu yang ada ritual ke tempat-tempat suci, persembahyangan dan mengambil air (suci). Dalam agama Katolik juga banyak yang melakukan ritual perjalanan ke Goa-Goa Maria, seperti Sendangsono atau Goa Maria Besokor dan lain-lain, terutama di bulan Mei, untuk melakukan devosi dan persembahyangan kemudian pulangnya membawa air dari tempat-tempat tersebut.
Nanti dilain waktu saya ceritakan tentang ini, sekarang kita lanjut tentang Melukat dulu ya...

Melukat merupakan upacara yang dilakukan untuk membersihkan jiwa dan pikiran dalam diri manusia. Tradisi ini dimaksudkan untuk membersihkan simpulan-simpulan energi negatif dari diri manusia dengan bantuan dari alam semesta. Secara etimologi, Melukat berasal dari kata sulukat yakni su yang berarti baik dan lukat yang artinya pensucian.


Upacara Melukat dipimpin oleh seorang pemangku, dilengkapi sesajian seperti prascita atau bayuan yang disiapkan dengan diberikan mantra-mantra (doa-doa).
Banten - dok. Pribadi

Orang-orang yang akan diupacarai akan dimantrai (didoakan) terlebih dahulu oleh pemangku, kemudian setelah dimantrai orang-orang ini akan disiram dengan air kelapa gading. Mereka akan diberikan air yang diterima di telapak tangan untuk diminum (biasanya 3x, atau 5x ada juga yang 7x), kemudian sisa air dari kelapa gading ini akan disiramkan ke ubun-ubun. Kenapa di ubun-ubun, karena menurut kepercayaan Hindu, ubun-ubun adalah merupakan pusat Cakra manusia.

Ritual tersebut tertulis dalam kitab Sarasamuccaya 279, yang menjelaskan apa saja keutamaan Tirtayatra sebagai berikut: 'sada daridrairapi hi cakyam paptum naradhipa tirthabhigamanam punyam yajnerapi wicisyate'. Mengutip tulisan dari IB. Dharmika, 2017 halaman 110, artinya kurang lebih; Keutamaan tirtayatra sungguh suci, bahkan lebih suci daripada Yajnya dan mampu dilakukan oleh mereka yang miskin sekalipun. Dewasa ini dan di masa-masa yang akan mendatang, akan semakin banyak umat yang melakukan tirtayatra yang dirasakan kenikmatan untuk mengurangi beban hidup keseharian yang penuh dengan tantangan.

Pandangan yang berkembang di masyarakat umum, melukat ini merupakan tradisi penyucian diri atau pembersihan diri dengan mandi menggunakan air suci. Ada yang memaknai ritual ini dengan niat mandi besar. 

Ritual ini memang merupakan bagian kegiatan dari ibadah agama Hindu, akan tetapi para pendeta Hindu tidak melarang siapapun dan agama apapun, yang ingin ikut dalam ritual melukat. Ritual ini biasanya dilakukan pada saat bulan purnama, tilem, Kajeng Kliwon. Ritual ini sering dilakukan beramai-ramai, tapi satu hal yang perlu jadi pengingat adalah sebaiknya kalo sampeyan ikut Melukat ditempat yang ramai, atau secara beramai-ramai adalah jangan berdesak-desakan. Biasakan antri dan sabar untuk bisa mandi di bawah air pancuran, jika sampeyan melukan di kolam seperti Tirta Empul.

Begini penjelasannya....karena Melukat itu kan pada hakikinya adalah dimaksudkan meluruhkan dan melarutkan sifat-sifat buruk dan energi negatif dari seseorang, seperti saya tuliskan diatas. Proses peluruhan ini kan dibantu dengan media air, sehingga bisa jadi kan secara kasat mata energi-energi negatif tersebut masih berada di sekitar air tersebut, belum mengalir terbuang jauh dari orang yang sebelumnya. Ketika sampeyan tidak sabar terus malah nempel-nempel orang yang sedang melukat di depan atau disamping sampeyan, bukan tidak mungkin kemudian malah energi negatif si orang sebelum sampeyan ini nempel di sampeyan...gitu sih katanya. Atau cara lain adalah dengan menyibakkan dulu air sekitar sampeyan, agar 'kotoran (energi negatif)' tersibak dan ikut terbawa terbuang aliran air.

Lokasi Melukat

Melukat pada umumnya bisa dilakukan di Pura Tirta Empul di wilayah Tampak Siring, Pesiraman Sebatu atau Pura Dalem Pingit Sebatu, Pura Campuhan Windhu Segara, Pura Gua Giri Putri di Nusa Penida, Pura Taman Mumbul di Sangeh. Selain di Pura, Melukat bisa dilakukan di Griya atau di Desa Pekraman Sebagu, Gianyar.

Karena Ritual ini fokusnya pada Ritual Tirtha (Air) maka yang pasti memang perlu unsur air untuk melengkapi ritual ini. Yang paling populer memang Pura Tirta Empul, banyak artis yang kemudian melakukan ritual ini di Tirta Empul ini.

Macam-Macam Melukat

Mengutip dari Dinas Kebudayaan Buleleng, jika dilihat dari tujuan upacaranya, ada tujuh macam upacara Melukat, yaitu sebagai berikut:
  • Melukat Astupungku, untuk membersihkan dan menyucikan malapetaka seseorang yang diakibatkan oleh hari kelahiran dan Tri Guna (Satwam, Rajas, Tamas) yang tidak seimbang dalam keseimbangan.
  • Melukat Gni Ngelayang, untuk pengobatan seseorang yang sedang ditimpa penyakit.
  • Melukat Gomana, untuk penebusan Oton atau hari kelahiran yang diakibatkan oleh pengaruh yang layak dari Wewaran dan Wuku. Misalnya pada mereka yang lahir pada wuku Wayang.
  • Melukat Surya Gomana, untuk melepaskan noda dan kotoran yang ada pada diri bayi, Misalnya pada saat Nelu Bulanin.
  • Melukat Semarabeda, untuk menyucikan Sang Kama Jaya dan Sang Kama Ratih dari segala noda dan mala pada upacara Pawiwahan (Pernikahan).
  • Melukat Prabu, untuk memohonkan para pemimpin agar kelak dalam melaksanakan, mendapat kejayaan dan kemakmuran.
  • Melukat Nawa Ratna, bisa dikatakan memiliki makna yang sama dengan Melukat Prabu.

Semoga artikel ini akan sedikit mencerahkan dan bisa menghindarkan pembengkokan opini kaum-kaum penggorengan yang berniat bikin kompor mledug di negeri ini. Sesungguhnya negeri ini terlalu indah dengan berbagai macam tradisi yang semestinya dihormati dan dihargai sebagaimana mestinya.Melukat mungkin bisa diartikan sebagai Self Healing, jika prosesnya dilakukan dengan semestinya, bukan semata-mata hanya nyebur dan mandi di pancuran saja. Dan satu lagi yang pasti, Melukat itu bukan proses yang bisa membuat sampeyan atau mereka yang melakukan tradisi ini secara otomatis ter-convert jadi Hindu. Tidak semudah itu Fulgoso....

Be Wise ya....
Kalo pikiran sampeyan atau mereka masih negatif terus bawaannya, mungkin mereka perlu Melukat...
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu