The Tinder Swindler | Skema Ponzi Penipu Cinta di Aplikasi Cari Jodoh Online

Sampeyan Jomblo akut dan sedang giat mencari jodoh ? Kesulitan mendapat pasangan yang sepadan dari dunia nyata di sekeliling sampeyan lalu sedang mencoba aplikasi Cari Jodoh dunia maya, seperti Tinder, OkCupid, Hinge, Bumble, Tantan atau aplikasi cari jodoh lainnya ?

Hati-hati ya....banyak Predator yang bergaya dan Flexing-Flexing bak Raja Minyak atau Raja Berlian atau Sultan antah berantah yang berkeliaran mencari mangsa di dunia maya. Saya baru tahu ternyata Skema Ponzi itu bisa  juga digunakan dalam hal perjodohan dan percintaan.

Diceritakan dalam sebuah film dokumenter Netflix berjudul The Tinder Swindler. Film ini bercerita tentang kisah nyata dimana ada (banyak) wanita yang sedang mencari pasangan menggunakan aplikasi kencan (cari jodoh) yang kemudian 'tertipu' oleh Sultan atau lebih tepatnya seorang pria yang tampaknya tajir melintir ternyata....OO. Sultan jadi-jadian ini dikisahkan bernama Simon Leviev, yang tampil dengan gaya hidup bak sultan, pakaian keren dan branded, traveling ke berbagai negara (kota) dengan jet pribadi, pesta dan party di sana-sini, nginepnya di hotel bintang lima....pokoknya seperti para sultan yang biasa Flexing di media sosial dan internet gitu. Namun ternyata di balik ke glamour'an gaya hidupnya, si Simon ini predator dengan modus membuat para korbannya jadi Bucin. Saking Bucinnya akhirnya para korban ini tidak sadar kalo ternyata mereka sedang di manipulasi, di keruk uang tabungannya (sampai ada yang terlilit hutang bank). Ironisnya uang dari para korbannya ini akan digunakan si Simon untuk modal kencan korban dia selanjutnya.

Motif Para Pengguna Aplikasi Cari Jodoh

Sebelum terlalu jauh ke cerita film-nya, (nanti film-nya sampeyan tonton di Netflix aja ya) kita coba kupas motif orang-orang (para Jomblo) menggunakan aplikasi kencan (cari jodoh). Pada umumnya orang menggunakan aplikasi pencari jodoh ini karena beberapa hal seperti berikut:
  • Orang-orang menggunakan aplikasi kencan ini untuk Searching for Love...mencari pasangan hidup....seperti lagu Arjuna mencari cinta atau niatnya mencari pasangan yang sepadan. Mungkin mereka-mereka ini kesulitan mencari jodoh di lingkaran kehidupan nyata pertemanannya sehari-hari. Mereka melakukan re-branding dirinya dengan upload foto, video dan membangun narasi kepribadian baru di aplikasi cari jodoh seperti Tinder misalnya. Dengan image pribadi yang baru mereka berharap bisa menemukan pasangan yang sehobby, sama minatnya, nyambung diskusi-nya atau mungkin se-level gaya hidup dan kehidupannya.
  • Ada pula orang-orang yang menggunakan aplikasi kencan ini karena ingin Revenge (Balas Dendam). Mungkin mereka baru saja di khianati, di selingkuhi pasangan sebelumnya, kemudian mereka ingin sebuah hubungan yang tidak punya keterikatan jangka panjang. Kalo bosen ya udahan....cari yang lain lagi, jadi ya cuma buat iseng-isengan aja. Bahayanya jika yang punya niat begini ketemu dengan yang punya niat mencari cinta. Yang satu pengin balas dendam, yang satunya Bucin abis....kebayang kan siapa yang akan paling menderita.
  • Ada juga yang bermain aplikasi kencan ini hanya ingin cari Teman untuk ngobrol. Teman untuk Chat, menceritakan hari-harinya, menceritakan hidupnya (atau mungkin hidup khayalannya). Bisa jadi kalau mereka ini satu kota, merasa cocok lalu sekali waktu kemudian janjian kopdar untuk sekedar bercerita antar teman....atau mungkin antar sahabat (digital)...bisa jadi.
  • Banyak juga yang punya niatan Just for Sex. Jadi mereka akan mencari yang good looking dan yang pasti bisa diajak untuk nginep di hotel. Ada yang sama-sama single, ada yang mencari yang sejenis, ada juga yang sekedar mencari selingkuhan atau malah mungkin cari yang mau diajak 'main' bertiga. Bisa jadi juga mereka yang 'jualan' atau istilah trend-nya 'Open BO'
  • Ada lagi yang Sekedar Mencari Uang Receh. Yang ini modusnya dengan memancing-mancing orang untuk tertarik padanya, lalu akan diarahkan untuk ke website yang isinya foto sexy dan video menggoda-nya. Atau mungkin bisa langsung ditawari sekedar VCS (video call sex) atau membayar dengan pulsa atau kuota untuk foto nude-nya. Receh sih....bisa jadi cuma 50ribu atau 100ribu...awalnya. tapi kalo ada yang berminat lanjut ke level Just for Sex, bisa jadi kemudian lanjut ke proses Open BO dan lain sebagainya.

Skema Ponzi pada Aplikasi Cari Jodoh

Kembali ke cerita di film The Tinder Swindler, dalam film ini diceritakan bagaimana si Simon menjalankan modusnya. Si Simon ini mengaku sebagai Pangeran Kerajaan Berlian yang dengan gaya glamournya dia berhasil menipu korban-korbannya. Ada yang sampai 140ribu USD, ada yang sampai 250ribu USD, dikisahkan Simon ini berhasil menipu dengan total penipuannya mencapai 10juta USD atau setara Rp 143 Milyar.

Bagaimana dia menjalankan penipuan dengan skema penipuan mirip skema Ponzi ini ? Awalnya dia menarik si korban dengan segala benefit yang coba dinarasikan. Dijemput pakai Jet Pribadi, diajak plesir keliling dunia, menginap di hotel-hotel bintang 5, makan di restoran mewah hingga akhirnya si korban terpikat dan terjerat. Wanita mana coba yang sudah dimanja dengan segala harta dunia yang begitu menyilaukan lalu tidak luluh klepek-klepek. Awalnya begitu indah deh pokoknya...

Seperti orang yang sedang melamar pekerjaan, Simon ini membuat kesan yang mendalam di awal dengan segala cerita hidup yang begitu mengagumkan. Kesan pertama sungguh menggoda, selanjutnya ya gitu deh....

Setelah semakin dekat dan si korban sudah terjerat dengan pesona yang ditampilkan di permukaan tadi, barulah Simon ini memainkan cerita (yang awalnya sangat meyakinkan) untuk meminta bantuan financial pada korbannya. Dari pinjam kartu kredit, meminjam tabungan si korban hingga meminta tolong si korban mencarikan pinjaman di bank untuk biaya mengurus bisnisnya yang bermasalah.

Disinilah permasalahan itu kemudian menjadi sebuah skema Ponzi, karena apa yang dia minta (pinjam) dari korbannya kemudian dia gunakan untuk membiayai gaya hidupnya. Nah, gaya hidup ini yang kemudian dia gunakan untuk mencari korban berikutnya. Jadi pacarnya disuruh (dengan tanpa sadar) untuk membiayai dia pacaran dengan wanita lain. Begitu seterusnya...

Jika ini merupakan suatu bisnis, maka apa yang si Simon lakukan ini akan bisa bertahan selama masih ada korban. Dia akan bisa melakukan skema yang sama: perkenalan, pamer benefit yang dia bisa berikan (yang sebenarnya dia dapat dari korban sebelumnya), mendekatkan hubungan, lalu memainkan narasi untuk meminta korban berkorban 'sedikit' untuk kelangsungan hubungan mereka. Tapi pada akhirnya skema ini akan menemukan titik jenuh atau bisa terungkap saat ada korban yang merasa curiga dan kemudian menelusuri lagi kepribadian orang seperti Simon ini.

Inilah dunia yang manipulatif. Banyak orang bisa mempersonifikasikan dirinya menjadi seseorang yang seolah-olah adalah dia. Padahal ya entah aslinya.
Di dunia yang semakin manipulatif ini , bisa saja seorang Cleaning Service tampil dengan dandanan dan gaya hidup (seolah-olah) seorang Direktur atau mau mengaku CEO dari perusahaan multi nasional juga bisa. Orang bisa menyulap dirinya dari yang hitam, jelek, penuh jerawat menjadi Opa-Opa yang kinclong berkat Cream Glowing-Glowing. Kartu Nama bisa dicetak, Smartphone terbaru bisa sewa harian, mobil dan kendaraan mau yang model dan merk apapun bisa rental per jam.

So....Don't Judge a Book by the Cover.
Masalahnya adalah sekarang bagaimana bisa kita tertarik membeli dan membaca buku itu (tanpa membuka plastik segel dan membaca isinya) jika tidak tertarik dan menilai buku dengan melihat Judul dan Covernya ?

Susah kan....
Jadi beware....It's a Wild World...
Hope you make a lot of nice friends out there
But just remember there's a lot of bad everywhere
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu