Mobil Antik ini adalah Mobil Hasil Dari Resto....(Yang Bukan Punya Saya) |
Menurut Profesor Rhenald Kasali, ada satu teori yang dikenal sebagai Conspicious Consumption dalam konteks Consumer Behavior. Consumer Behavior dalam dunia marketing, berfungsi untuk mengetahui aktivitas konsumen yang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, penggunaan atau cara konsumen mengevaluasi barang/jasa yang digunakan. Sementara Conspicious Consumption secara harfiah diartikan sebagai konsumsi yang mencolok merujuk pada pengeluaran konsumsi yang bukan untuk memaksimalkan utilitas dasar dari barang/jasa yang digunakan, melainkan untuk membuat orang lain terkesan.
Orang-orang sekarang itu seperti haus akan pujian...butuh sanjungan...minimal ingin sebuah pengakuan dari orang lain. Makanya banyak orang yang berusaha pamer di berbagai platform media sosialnya, padahal aslinya ya nggak begitu-begitu amat. Ada yang ingin terlihat kaya, ada yang ingin disanjung sudah sukses, ada yang ingin dibilang sebagai orang yang pintar, keluarganya harmonis dan banyak lagi. Jadi menurut saya sih Flexing ini tidak melulu hanya demi pamer kemewahan saja.
Parahnya lagi para viewer dan pengguna media sosial di Indonesia, mungkin 70% bisa kurang bisa lebih, sangat menyukai suguhan konten dan tontonan yang berbau-bau flexing ini. Alasan mereka menyukai konten flexing ini, untuk pembelaan diri, biasanya akan bilang sebagai motivasi...sebagai inspirasi. Iya kalau sampeyan kemudian bisa mencapai apa yang sampeyan bayangkan setelah nontonin konten-konten tersebut, kalau gak kesampaian ya bisa stress anda...bisa seumur hidup cuma menjalani kehidupan yang imajiner.
Ada satu pepatah 'Proverty Screams, but Wealth Whispers'. Orang-orang kaya (beneran) itu tidak berisik....tidak seperti sampeyan atau mereka yang pura-pura kaya. Orang-orang kaya (beneran) tidak lagi butuh sanjungan, tidak perlu dukungan atau minta komentar, like dan share dari teman-teman medsosnya. 'Orang yang benar-benar kaya itu, agak malu membicarakan tentang kekayaan. Jadi jika orang masih melihat label harga atau mempersoalkan uang, biasanya mereka belum kaya' ujar Prof. Rhenald.
Flexing biasanya dilakukan untuk beberapa kebutuhan, seperti misalnya:
- Â Flexing agar terlihat mampu atau kaya. Hal ini biasanya yang dipamerkan adalah keberhasilan di pekerjaan.Â
- Ada lagi Flexing demi menunjukkan kredibilitas atas suatu kemampuan. Dimana dalam hal ini yang (mestinya) di pamerkan bukanlah harta kekayaan.Â
- Atau orang melakukan Flexing untuk mendapatkan pasangan dengan level keuangan sultan. Stategi ini mungkin banyak dilakukan orang biasa saja yang ingin menaikkan atau memperbaiki gengsi, peruntungan dan atau cuan-nya.
Saya jadi ingat ketika dulu saya jualan produk Air Minum Dalam Kemasan yang jualannya pakai sistem MLM. Untuk mencari dan memikat seseorang, entah teman, tetangga atau keluarga, saya tak jarang menggunakan metode Flexing untuk membuat teman, tetangga atau 'calon downline' agar menarik. Saat itu saya akan membuat foto di depan mobil, atau rumah yang tentu saja bukan punya saya. Mobil bisa minjem upline...paling perlu modal ganti nomor kendaraan atau lebih amannya ya sewa/rental aja . Kalau foto rumah bagaimana ? ya tinggal nebeng foto istana Sultan....gak perlu foto sampai di dalam rumahnya, nebeng nemplok foto-foto di gapuranya aja udah wow sekali kelihatannya.
Dalam upayanya memasarkan produk perjalanan umrohnya, pasangan boss First Travel ini seringkali memamerkan kehidupan yang glamour. Memang sih si ibu boss First Travel ini adalah seorang desainer handal (?) yang bisa mengikuti acara Fashion Show di Luar Negeri. Di London, New York, Paris dan banyak lagi sampai sempat dinobatkan menjadi Wanita Paling Inspiratif versi Forbes di tahun 2017, tapi kemudian dicabut setelah bu boss ini terbukti bersalah dan dipenjara.
Setelah diusut, belakangan terungkap kalo biaya peragaan busana yang diikuti di luar negeri tersebut dibiayai menggunakan uang jemaah First Travel. Parahnya lagi pada pledoi saat persidangan, para boss First Travel yang jadi terdakwa ini masih berkilah, berkelit dan menyalahkan sana-sini, termasuk menyalahkan Kementrian Agama. Ya sudahlah ya....faktanya bahwa ada ribuan jemaah yang sudah di tipu dan uangnya entah habis buat apa, hanya karena mungkin tergiur melihat strategi marketing boss Firdst Travel ini. Tampilannya bak Sultan tapi ternyata adalah Sultan yang hidupnya dihidupi dan menipu uang orang banyak.
Cara Flexing si boss First Travel tersebut ternyata adalah cara-cara marketing untuk membangun kepercayaan dan menunjukkan kepad customernya hingga akhirnya customernya percaya dan mau menaruh uangnya, dalam hal ini untuk ibadah umroh, yang ternyata belakangan ya Zhong...
Bagaimana dengan cerita Affiliator Robot Trading yang lagi rame berkat jargon 'Miskin Adalah Privilage' ?
Next artikel ya.....
0 Comments