Gua Maria Kerep Ambarawa, Destinasi Ziarah Untuk Me-Recharge Ruang Batin

Awal Oktober yang lalu, tanpa direncanakan dengan sangat matang tiba-tiba istri saya mengajak untuk pulang kampung ke Weleri, Kendal. Karena memang tanpa perencanaan dan list itinerary yang betul-betul disusun dari awal, timbulah kebingungan mau wisata kemana dan dimana setiba kami di kota Kendal. Bahkan mau cari tempat makan yang cocok rasanya saja kami kemudian sibuk browsing dan tanya-tanya teman yang berdomisili di kota Kendal.

Nah, kebetulan kan bulan Oktober adalah merupakan Bulan Maria bagi Umat Katolik. Pada bulan ini biasanya Umat katolik melakukan ritual Devosi, Novena dan Doa Rosario. Biasanya banyak juga Gereja yang mengadakan acara Ziarah ke 9 Gua Maria. Kalo di Jawa Tengah biasanya yang sering dikunjungi para peziarah adalah Gua Maria Sendang Sono, Gua Maria Tretes, Gua Maria Kerep Ambarawa, Gua Maria Besokor dan beberapa Gua Maria lainnya.

Awalnya saya iseng menawarkan pada keluarga, sekalian saja kita ziarah ke Gua Maria yuk...mumpung di Kendal. Kan ada yang dekat tuh di Gua Maria Bunda Ratu Besokor, namun karena kami sudah beberapa kali ke Gua Maria Besokor, akhirnya kami memutuskan ke Gua Maria Kerep Ambarawa. Setelah perjalanan kurang lebih 2 jam dari Kota Kendal melalui Jalan Tol Semarang-Salatiga exit Bawen, sampailah kami di Gua Maria Kerep Ambarawa.

Lokasi Gua Maria Kerep Ambarawa ini agak sedikit nyempil dan harus melewati sebuah jalan kecil yang cuma muat untuk dilalui 2 mobil, satu jalur mobil keatas menuju Gua Maria Kerep Ambarawa, satu jalur lagi adalah jalur turun menuju kota Ambarawa. Dari dulu saya sempat bertanya-tanya kenapa Lokasi Gua Maria Ambarawa ini bisa berada di tempat yang nyempil, melalui perumahan penduduk yang notabene tentu saja tidak semua yang tinggal disitu beragama Katolik. Ternyata begini ceritanya...saya kutip dari website guamariakerepambarawa.org

Sejarah dan Awal Pembangunan

Gua Maria Kerep Ambarawa termasuk pendahulu bagi munculnya gua-gua Maria di Indonesia setelah Gua Maria Sendangsono di Kabupaten Kulonprogo (DIY) dan Gua Maria Sriningsih di Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Gua yang didirikan tahun 1954 ini lahir dengan sejarah yang sangat sederhana dan juga tidak berdasarkan suatu penampakan.

Kelahiran GMKA tak bisa lepas dari seorang berwarganegara Belanda yang bertugas sebagai pengelola perkebunan di sekitar Ambarawa yang telah mempersembahkan tanah dan rumahnya kepada Gereja. Oleh Gereja tanah dan rumah ini diberikan kepada Kongregasi Bruder Para Rasul atau Bruder Apostolik. Kongregasi ini didirikan oleh Mgr. Albertus Soegijapranata dan beranggotakan orangorang pribumi serta berstatus sebagai kongregasi keuskupan. Sayang kongregasi ini tidak dapat bertahan lama karena tak ada lagi peminatnya hingga akhirnya dibubarkan. Di tanah biara inilah Gua Maria Kerep Ambarawa didirikan.

Pembangunan GMKA (Gua Maria Kerep Ambarawa), juga terkait dengan surat gembala Sri Paus pada tahun 1954. Surat gembala itu berisi tentang penetapan tahun itu sebagai Tahun Maria dalam rangka mengenang 100 tahun usia dogma 'Maria Terkandung Tanpa Noda'. Surat Gembala tersebut menghimbau agar semua paroki menyelenggarakan peringatan sebagai penghormatan pada Bunda Maria.

Mantan Direktur Kongregasi Bruder Apostolik, Romo J. Reijnders yang saat itu menjadi Pastor Paroki Santo Yusuf Ambarawa, kemudian menghimbau umat untuk menyelenggarakan perayaan penghormatan kepada Bunda Maria. Kebetulan saat itu ada Romo Bernardinus Soemarmo SJ yang sedang singgah di Pastoran. Romo Reijnders kemudian sharing mengenai kegiatan dalam rangka pesta perayaan Tahun Maria ini, lalu tercetuslah ide untuk membuat sebuah Gua sebagai tempat Devosi kepada Bunda Maria.
Ide tersebut kemudian mulai direalisasikan tahun 1954. Siswa-siswi sekolah guru yang tinggal di Asrama Bruderan dan Susteran Ambarawa dikerahkan untuk mengumpulkan batu dari sungai Panjang dan dikumpulkan di kebun Bruderan Apostolik Kerep.

Theodorus Darmosuparto, mantan siswa SGB Putra, menceritakan asal mula dibangunnya GMKA. Semula para bruder Apostolik punya kebiasaan melakukan ziarah ke Sendang Sriningsih, Klaten, pada setiap bulan Mei dan Oktober.
Pada bulan Mei 1954 para bruder mendapat kejutan dari Romo Koersen SJ. Direktur para Bruder Apostolik itu berkata, mulai saat itu para Bruder tidak usah pergi jauh untuk berziarah. "Di dekat sini ada tempat berziarah. Besok hari Minggu akan datang seorang romo yang akan menunjukkan tempatnya," katanya.
Hari Minggu pagi Romo Koersen SJ datang ke Bruderan Kerep bersama Romo Kester SJ, Sekretaris Keuskupan Agung Semarang. Kedua romo itu dengan diantar para bruder berjalan-jalan di kebun Bruderan. Romo Kester tiba-tiba berhenti di suatu tempat. Para Bruder tetap diam. Sambil menunjuk ke suatu tempat Romo Kester berkata, "di sini supaya Gua Maria dibangun." Para Bruder tetap diam. Tetapi Br Berchmans, pimpinan para Bruder segera mengambil sebilah bambu dan dibentuk menjadi sebuah salib. Salib tersebut kemudian ditancapkan di tempat yang baru saja ditunjuk Romo Kester.

Masih pada hari yang sama, Minggu sore pukul empat, datanglah rombongan para Suster Fransiskanes dari Ambarawa. Para Suster langsung masuk ke kebun Bruderan dan berkumpul di tempat salib bambu ditancapkan. Tiba-tiba terdengar suara para Suster bernyanyi Ave Maria Gratia Plena.

Gua Maria Kerep Ambarawa dibangun selama lebih kurang satu tahun. Selama pembuatan melibatkan banyak murid asrama Sekolah Guru Kolese Santo Yusuf dan Sekolah Guru Putri Santa Maria Ambarawa, anak-anak asrama Bruderan dan Susteran. Menurut Garim, alumnus SGB Putra Ambarawa, "Waktu itu bulan November 1953 seluruh siswa SGB diundang untuk bergotong royong sukarela mengambil batu kali." Mereka dikerahkan oleh guru untuk bergotong royong sukarela secara estafet menaikkan batu kali dari sungai Panjang yang ada di sebelah Timur kompleks GMKA. Jurang tersebut berkedalaman sekitar 75 meter.

Para siswa biasanya bergotong royong sore hari sekitar pukul 15.00-17.00 WIB. Gotong royong ini dilakukan lebih dari 6 bulan (Januari-Juni) dengan melibatkan 300 orang siswa. Selain itu mereka juga dibantu oleh kelompok umat Katolik, seperti Kaum Muda Katolik, Wanita Katolik, murid-murid SD Santo Yusuf Ambarawa. Mereka dipimpin langsung oleh Romo PV Weert SJ, Br FX Woerjatmodjo SJ dan Rm Henricus Taks SJ, serta guru-guru.

Di samping dikerjakan secara gotongroyong, juga didukung oleh panitia resmi pada waktu itu yang terdiri dari Romo L. Koersen, SJ dan Romo Haeken, SJ sebagai arsitek, Bruder B. Tjiptosutedjo sebagai tata batu, serta dua tukang batu asal Desa Panjang dan Pojok bernama Wirosembodo dan Setro Sentono.

GMKA berbentuk gua buatan dengan memakai tumpukan batu kali yang terikat dengan semen, pasir dan kapur. Gua ini menghadap ke Timur dan dinaungi oleh pepohonan yang tinggi dan rindang. Di salah satu guanya terdapat patung Bunda Maria bergaya Lourdes tanpa mahkota.

Pembangunan awal selesai kira-kira pada tanggal 25 Juli 1954. Tepat pada hari Minggu tanggal 15 Agustus 1954 Gua Maria Kerep Ambarawa diberkati dan diresmikan oleh Bapak Uskup Agung Semarang Mgr A Soegijapranata SJ. Patung Bunda Maria diberkati dengan air suci dari Lourdes. Nampak sekali bahwa Gua Maria Kerep Ambarawa sejak semula diusahakan agar bisa meniru kesakralan Gua Maria di Lourdes, hal ini tampak pada kemiripan patung Perawan Maria di Lourdes.

Bruder FX Woerjoatmodjo SJ, kepala asrama Bruderan, yang kini telah berusia senja masih menyimpan kenangan pembangunan GMKA. "Ya, saya ikut. Saya masih ingat waktu mengajak anak-anak Bruderan mengumpulkan batu-batu dan dibawa naik ke kebun Bruderan Apostolik Kerep," tuturnya. Dirinya juga masih ingat saat itu ada dua frater Yesuit yang ikut bersama anak-anak, tapi siapa saja frater itu, Bruder Woerjo sudah tidak ingat lagi. Yang paling diingatnya adalah bahwa selesai dibangun lalu diadakan upacara peresmian dan pemberkatan yang dipimpin oleh Mgr Albertus Soegijopranoto SJ, Uskup Agung Semarang. "Tapi waktu itu pembangunan gua belum paripurna. Para Bruder Apostolik yang melanjutkan pembangunannya," ujarnya.

Menurut Benedictus Tjiptosutedjo yang saat itu menjabat sebagai penata batu, upacara peresmian dimulai sekitar pukul empat sore dan dihadiri oleh banyak umat.

Prosesi peresmian yang diwarnai dengan hujan ini dimulai dari Gereja Paroki Santo Yusup Ambarawa menuju Goa Maria Kerep. Di lokasi gua inilah Uskup Agung Semarang, Mgr Albertus Soegijopranoto SJ, Uskup Semarang, memimpin upacara pemberkatan gua dan patung Bunda Maria. Selanjutnya diadakan astuti, lof, atau pentahtaan Sakramen Mahakudus. Saat upacara selesai, umat pulang dalam keadaan basah kuyup.

Renovasi dan Pengembangan

Keterkaitan antara Gua Maria Kerep dengan Gua Maria Lourdes semakin menjadi nyata dengan peristiwa mukjizat yang dialami oleh Ibu Bedjo Ludiro, seorang Katolik dari Paroki Juwana Pati. Beberapa waktu sebelumnya isteri dari Lo Thiam Siang atau Bedjo Ludiro ini mengalami kelumpuhan. Berbagai pengobatan sudah dilakukan namun hasilnya nihil. Suatu ketika mereka berziarah ke Gua Lourdes, Prancis untuk memohon kesembuhan dari Tuhan melalui Bunda Maria. Dan doa mereka pun didengar Tuhan. Ibu Bedjo Ludiro sembuh total dari sakit lumpuhnya.

Pada tahun 1981 Lo Thiam Siang ingin mengungkapkan rasa syukurnya kepada Bunda Maria sebagai perantara Illahi karena terkabulnya permohonannya. Ungkapan rasa syukur itu ingin mereka wujudkan dengan membantu biaya renovasi tempat ziarah Gua Maria Kerep Ambarawa. Niat baik itu diterima dan disambut oleh Pastor Kepala Paroki Santo Yusuf Ambarawa Romo C Widajaputranto SJ dan Dewan Paroki, yang waktu itu menjadi pengelola Gua Maria Kerep.

Pada renovasi tahap pertama ini bentuk gua diperindah, dibuat lebih mirip dengan Gua Maria di Lourdes. Batu-batu alam yang berasal dari sungai Panjang dipertahankan, tidak dibongkar, tetapi ditutup oleh batu-batu buatan. Setelah renovasi selesai kemudian diberkati oleh Bapak Kardinal Yustinus Darmoyuwono, pada tanggal 4 Oktober 1981.

Pada saat itu juga dipasang prasasti di samping kanan altar gua dengan tulisan: "DI SINI, KARUNIA ALLAH MENGALIR DENGAN PERANTARAAN BUNDA MARIA". Kalimat ini merupakan buah permenungan Bapak Kardinal Yustinus Darmoyuwono. Sejak itu makin banyak umat yang datang berziarah dan mengadakan berbagai kegiatan rohani, seperti Jalan Salib, renungan, rekoleksi, ibadat, ekaristi dan novena.


Mengingat Gua Maria Kerep Ambarawa semakin diperlukan guna memenuhi kerinduan umat Katolik, maka dirasa perlu untuk diadakan perawatan, perbaikan serta pengembangan bangunan kompleks Gua Maria Kerep Ambarawan yang lebih memadai. Tanggal 29 Februari 1992 dibentuklah Panitia Pengembangan Gua Maria Kerep Ambarawa - Keuskupan Agung Semarang, berdasarkan Surat Pengangkatan Bapak Uskup Mgr Julius Darmaatmadja SJ Nomor: 132/B/IIb/92.

Pengembangan atau penataan kembali Gua Maria Kerep Ambarawa meliputi beberapa fasilitas pendukung untuk kegiatan rohani (rekoleksi, retret, dan pertemuan rohani lainnya). Selain itu juga dibangun stasi-stasi Jalan Salib di kompleks itu di antara pepohonan yang rindang sepanjang musim. Pembangunan renovasi ini akhimya dinyatakan selesai dan diberkati oleh Mgr Julius Darmaatmadja SJ, pada tanggal 15 Agustus 1994 bertepatan dengan hari raya Maria Diangkat ke Surga.

Sebagai Tempat Recharge Batin

Ketika kita akan masuk ke area GMKA, di gerbangnya kita disambut dengan tulisan 'PER MARIAM AD JESUM' yang merupakan ungkapan bahasa Latin, artinya Menuju Yesus Melalui Bunda MariaBeberapa meter dari gerbang utama, persisnya di sebelah kanan terdapat dua bangunan yaitu sekretariat dan pastoran GMKA yang saling bersebelahan. Di lantai dua sekretariat GMKA terdapat ruang rapat dan rekoleksi. Tidak jauh dari sekretariat, terdapat jalan salib pendek. Stasi-stasi jalan salib berjarak sekitar 10 meter.

Di belakang sekretariat dan pastoran, terdapat kompleks makam keluarga RA Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat, pendiri Wanita Katolik Republik Indonesia. Sementara di depan sekretariat, tersedia ruang serba guna yang biasa dipakai untuk perayaan Ekaristi bagi rombongan peziarah.

Di tengah kompleks GMKA terdapat Gua Maria, sebagai tempat berdoa dan mengikuti perayaan Ekaristi. Mimbar Misa ditempatkan di sebelah kiri gua Maria.
Di dalam gua Maria terdapat patung Maria Lourdes. Peziarah bisa menyalakan lilin dan meletakkan bunga di depan Maria. Disediakan bangku-bangku kecil bagi peziarah yang ingin berdoa di gua. Di sebelah kanan Gua Maria, ada anak tangga menuju kapel adorasi abadi.

Di bagian belakang GMKA terdapat gazebo, tempat para peziarah beristirahat. Dari tempat itu, peziarah bisa memandang taman rumput yang hijau sebagai “taman doa”. Di taman doa itu, peziarah diajak merenungkan peristiwa seputar kehidupan Yesus. Ada Sungai Yordan, tempat Yesus dipermandikan oleh Yohanes Pembabtis; Perkawinan Kana, peristiwa Yesus mengubah air menjadi anggur
Ada juga padang rumput yang luas tempat Yesus menggandakan lima roti dan dua ikan.
Masih ada lagi danau Galilea yang menggambarkan ketika Yesus memanggil para muridnya; dan taman makam tempat Yesus dimakamkan.

Ada 1 ikon yang pantang untuk dilewatkan dan harus diabadikan saat berziarah ke GMKA, yaitu patung Maria Assumpta atau Maria Diangkat ke Surga. Patung ini tingginya 29,6 meter yang lokasinya berada di pelataran parkir seolah-olah menyambut setiap peziarah.
Patung Maria Assumpta itu diresmikan Uskup Agung Semarang, Mgr Johannes Pujasumarta, 15 Agustus 2015, bertepatan dengan hari raya St Maria Diangkat ke Surga dan perayaan ulang tahun GMKA ke 61. Ide pembuatan patung Maria Assumpta lahir dari umat Paroki St Yusuf Ambarawa. Seorang pekerja seni yakni R.A Nugroho Adi Prabowo dan keluarga ingin memberikan suatu persembahan bagi GMKA.

Konsep patung itu ingin menggambarkan Maria yang benar-benar melayang ke angkasa diangkat menuju ke surga. Mungkin juga bermaksud menggambarkan bahwa Bunda Maria kita yang siap menemani batin kita untuk di re-charge menuju kepada Yesus di Surga sesuai kata-kata Per Mariam Ad Jesum.
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu