Kecak - The Monkey Dance, Tarian Penolak Bala Dari Bali, Indonesia

Tari Kecak, siapa yang belum pernah mendengar tari yang sangat mendunia dan berasal dari Bali ini. Tarian ini melibatkan banyak orang karena tidak ada iringan musik baik modern atau tradisional seperti gamelan. Tarian ini menjadi sangat khas, dimana iringan musiknya adalah paduan suara yang memadukan suara 'cak cak cak ke cak cak cak ke' dengan ritme yang berbeda-beda. Mungkin inilah yang membuat Tari ini kemudian dinamakan Kecak.

Sejarah Tari Kecak

Tari kecak bukanlah tarian kuno yang berasal dari tradisi turun temurun yang diturunkan pada jaman kerajaan-kerajaan di Bali. Menurut beberapa sumber, tarian ini diciptakan oleh seorang seniman Bali yang bernama I Wayan Limbak. Tarian ini terinspirasi dari Tradisi Sang Hyang, dimana tradisi ini adalah merupakan tradisi yang disajikan dalam bentuk tarian yang bersifat religius dan untuk menolak bala atau wabah penyakit.

Dalam beberapa catatan disebutkan bahwa sekitar tahun 1920'an I Wayan Limbak, yang merupakan seniman tari Bali, sudah mulai berinovasi. Dia memadukan unsur gerakan tari baris (sebuah tarian perang) ke dalam sebuah tarian yang baru. Ketika kemudian ada seorang seniman lukis asal Jerman, Walter Spies, yang datang menetap di Ubud Bali tertarik dengan tarian yang terinspirasi dari tradisi Sang Hyang tersebut. Kedua seniman ini kemudian berkolaborasi menciptakan tarian yang menyisipkan epos cerita Ramayana ke dalam tari Sang Hyang sehingga menjadikan tarian itu jadi sebuah seni tari drama baru. Walaupun dengan tidak melepas sifat religius tradisi Sang Hyang dan sebagai penolak bala, karena seringkali dalam pementasan tari kecak ini kemudian para penari bisa tidak sadar (kesurupan, trance) dan mulai berkomunikasi dengan para dewa dan roh leluhur.

Cerita dan Pesan Moral Dalam Tari Kecak

Sebagai sebuah seni tari hiburan, Tari Kecak, yang dibawakan 40 - 60 penari, menampilkan plot cerita epos Ramayana yang sudah sangat dikenal di Bali atau umat Hindu pada umumnya. Para penari tersebut akan duduk dan bergerak membentuk lingkaran konsentris yang mengelilingi lampu minyak kelapa tradisional Bali. 

Kostum yang dikenakan para penari yang membentuk lingkaran ini hanya Saput Poleng Rwa Bhineda (sarung Bali yang bermotif kotak-kotak Hitam Putih) dan bertelanjang dada. Saput Poleng Rwa Bineda ini merupakan penggambaran simbolik dari terang dan gelap, dharma dan adharma. Warna putih secara umum merupakan suatu simbolik kekuatan dharma yang mencerminkan sikap hidup yang senantiasa memberikan kedamaian untuk semua makhluk. Sedangkan warna hitam adalah penggambaran dari tamas (kemalasan) yang merupakan kekuatan adharma yang jika tidak dikontrol (oleh dharma) akan membuat manusia melakukan tindakan-tindakan yang bisa memprovokasi orang lain dan membuat alam semesta ini hancur, karena ulah sang manusia itu sendiri.

Uraian ini berdasarkan pemahaman saya saja ya.....jadi mohon dikoreksi kalau yang yang saya tuliskan ini salah...

Kembali ke Tari Kecak....
Ketika tarian ini dimulai, para penari yang duduk membentuk lingkaran tersebut akan menggerakkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan sambil melantunkan kata-kata 'cak cak cak ke cak cak cak ke' dalam harmoni dan ketukan terkoordinasi, dengan ritme yang lambat. Perlahan-lahan ritme akan berubah menjadi semakin cepat dan secara bergantian mengangkat tangan, dan bergetar ke udara. Suara lantunan kata-kata inilah yang kemudian akan mengiringi cerita Ramayana yang dipentaskan.
  • Adegan 1
Adegan pertama akan mengisahkan penggembaraan Rama, Sinta, dan Laksamana (adiknya Rama). Pada adegan ini diceritakan tentang Sinta yang terpikat dengan munculnya Kijang Emas (Marica) sehingga meminta Rama, suaminya untuk menangkap kijang tersebut. Laksamana (adik Rama) diperintahkan Rama untuk menemani dan menjaga Sinta sampai Rama kembali membawa Kijang Emas tersebut. Tetapi ternyata semua itu hanya tipu muslihat dari Rahwana, yang kemudian menyamar menjadi kakek-kakek dan mendatangi Laksamana dan Sinta (yang ditinggalkan Rama) serta mengabarkan bahwa sesuatu yang buruk terjadi dengan Rama. Tidak berhenti sampai disitu, Rahwana kemudian memprovokasi kemarahan Laksamana dengan menuduh Laksamana ingin mengambil keuntungan jika Rama celaka, sehingga akhirnya Laksamana terpancing dan pergi meninggalkan Sinta untuk mencari Rama.

  • Adegan 2
Pada Adegan kedua diceritakan Sinta yang sudah ditinggalkan sendirian kemudian dijadikan peluang bagi Rahwana yang memang sedari awal berniat untuk menculiknya. Rahwana (yang semula menyamar) kemudian menampakkan wujud aslinya sebagai seorang Raksasa, dan kemudian membawa paksa Sinta. Ditengah perjalanan Rahwana dihadang oleh Jatayu (keponakan Garuda) yang berusaha menolong Sinta. Jatayu dan Rahwana berkelahi dan karena kuat serta saktinya Rahwana, Jatayu kemudian dikalahkan dan terluka parah dengan sayap yang patah. Hingga akhirnya Sinta dibawa Rahwana sampai ke kerajaannya di Alengka Pura.
  • Adegan 3
Adegan ketiga mengisahkan tentang Laksamana yang akhirnya berhasil bertemu dengan Rama, sayangnya mereka berdua kemudian tersesat di hutan Dandaka. Dalam perjalanannya kembali ke tempat Sinta ditinggalkan, Rama dan Laksamana bertemu Jatayu yang sudah hampir mati (akhirnya mati) dan diberitahu kabar tentang penculikan Sinta oleh Rahwana. Rama kemudian mengutus Hanoman untuk menyusup ke negeri Alengka Pura untuk mencari tahu dimana Sinta disembunyikan oleh Rahwana. Dalam proses pencariannya Hanoman berhasil menemui Sinta dan memberikan pesan bahwa Rama masih hidup dan selamat serta meminta Sinta untuk menunggu Rama yang sedang dalam perjalanan untuk menyelamatkannya dari Rahwana.
  • Adegan 4
Dalam Adegan keempat diceritakan Hanoman saat akan kembali menemui Rama, tertangkap oleh prajurit-prajurit Rahwana. Lalu akan dieksekusi dengan cara dibakar. Ternyata Rahwana salah, alih-alih Hanoman mati terbakar, Hanoman malah kemudian membuat kekacauan di negeri Alengka dengan memanfaatkan ekornya yang menyala untuk membakar rumah-rumah penduduk Alengka. Kisah ini kalo di wayang Jawa dikenal dengan Lakon 'Anoman Obong'. Berkat kesaktiannya dan setelah memporak porandakan (membakar) Alengka, Hamonan akhirnya berhasil kembali ke Rama dan menyampaikan pesan bahwa Sinta baik-baik saja serta setia menunggu Rama untuk menjemputnya.
Dalam adegan ini akan ditampilkan Hanoman (kera putih) yang ditempatkan dalam sebuah lingkaran jerami yang kemudian dibakar. Inilah yang menjadi sebuah atraksi menarik, atraksi bermain api dimana pemeran Hanoman akan melompati api, menendang sekam tumpukan jerami yang terbakar sehingga bola-bola api akan berhamburan kesana-kemari.
  • Adegan 5
Adegan kelima adalah adegan penutup dimana dikisahkan Rama yang dibantu oleh Hanoman dan pasukan kera-nya, kemudian bertempur melawan Rahwana dan tentaranya. Rahwana berhasil dikalahkan berkat batuan dewa yang mendengar doa Sinta dan memberikan Busur panah-nya agar Rama bisa mengalahkan Rahwana. Sinta berhasil diselamatkan....dan Happy Ending.
Rahwana mati dan Happy End....


Dalam pakem cerita Ramayana masih ada satu cerita yang jarang dikisahkan, karena mungkin orang-orang sudah sangat terbiasa dan memang mengharapkan segala sesuatu itu berakhir dengan kebahagiaan. Cerita penutup kisah Ramayana sendiri sebenarnya masih jauh dari diakhiri. Masih ada cerita tentang pembuktian Sinta yang harus membuktikan bahwa dia masih tetap suci dan setia, sementara kan di kisahnya dari proses penculikan sampai kemudian Sinta diselamatkan tentu bukan hanya sehari dua hari, dimana Sinta harus berinteraksi dan bertemu dengan Rahwana setiap hari. Sementara Rama yang ditunggu-tunggu belum juga kunjung datang menyelamatkannya.
Dalam kisah epos Ramayana diceritakan, setelah Rahwana kalah dan terbunuh, Rama sempat meragukan kesetiaan dan kesucian Sinta hingga akhirnya Sinta meminta Rama untuk menyiapkan api di pelataran istana Ayodya. Dalam doanya Sinta diberikan petunjuk oleh Dewa untuk melakukan 'pati obong', membakar diri untuk membuktikan kesuciannya. Jika Sinta tidak terbakar dan mati itu adalah bukti bahwa Sinta masih suci. Dan kembali para Dewa mendengarkan doa Sinta, Sinta tidak mati terbakar dalam kobaran api yang besar itu.
Mungkin karena akhir cerita Ramayana ini kemudian menjadi plot twist yang akhirnya bisa mengubah pandangan dan tidak bisa diterima oleh para penyanjung cinta sejati, maka seringkali akhir epos Ramayana itu diceritakan berhenti pada kemenangan Rama yang berhasil mengalahkan Rahwana. Dan cerita pertunjukan Tari Kecak-pun berhenti sampai pada cerita kemenangan Rama tersebut.

Ya begitulah dunia....

Tari Kecak yang pada dasarnya adalah tarian untuk menolak bala dan wabah penyakit, membawa pesan moral yang mendalam, yang digambarkan melalui kisah Ramayana yang ditampilkan. Cerita tentang kepahlawanan Jatayu, kisah tentang Hanoman, serta cerita kesetiaan cinta Sinta terhadap Rama. Tari Kecak juga menampilkan pesan dan gambaran bahwa kejahatan dan angkara murka, yang dalam hal ini diwakili oleh karakter Rahwana, pada suatu ketika akan dikalahkan oleh kebaikan, yang ditampilkan dalam karakter Rama.

Penari dan Property Tari Kecak

Penari Kecak terbagi dalam 2 jenis yaitu penari kecak laki-laki dan penari utama (yang berperan sebagai Rama, Sinta, Rahwana, Hanoman dan karakter kisah Ramayana lainnya).
Untuk penari kecak laki-laki masih terbagi lagi menjadi beberapa penari yang bertugas melantunkan "cak cak cak ke....' dan ada lagi satu orang yang bertanggung jawab menjaga irama dengan melantunkan 'poo poo poo'. Ada satu orang lain yang bertindak sebagai pemimpin paduan suara, memerintahkan yang lain untuk menghentikan atau memulai nyanyian dengan meneriakkan vokal perintah seperti 'Dhiiih' 'Chiaaattt' dll. Kemudian ada lagi seorang tugasnya menyanyi sepanjang pertunjukan, dengan suara merdu berirama sesuai dengan situasi tarian. Kurang lebih bunyi vokal-nya terdengar seperti 'Shiir yang ngger yang nggur yang ngger'. Dan ada lagi yang bertindak sebagai Dalang, yang akan menarasikan dan menceritakan kisah sepanjang tarian dengan bahasa Bali dan bahasa Sanksekerta.
Tidak semua penari Kecak adalah laki-laki. Karena untuk beberapa karakter tokoh seperti Sinta, Rama, Laksamana dan Kijang Emas yang harus ditarikan dengan gerakan lembut dan gemulai, biasanya untuk tokoh-tokoh ini diperankan dan ditarikan oleh wanita.

Selain penari, ada property-property yang wajib ada di setiap pertunjukan Kecak, antara lain:
  • Bara api, property ini digunakan saat adegan 'Anoman Obong'
  • Kerincingan, karena tari Kecak adalah pertunjukan tanpa alat musik maka diperlukan gelang kerincing sebagai suara pelengkap musik yang dilagukan.
  • Saput Poleng atau kain bercorak hitam putih, yang dikenakan oleh para penari pria
  • Topeng, property ini digunakan oleh Hanoman, Sugriwa, Rahwana
  • Tempat Sesaji, karena konsep tari ini adalah merupakan modifikasi dari tari tolak bala (Sang Hyang) maka biasanya pertunjukan akan diawali dengan doa dan ritual sesaji terlebih dahulu.

Tempat Pertunjukan

Pertunjukan Kecak biasanya berlangsung setiap hari dari mulai matahari hampir tenggelam (sekitar jam 6 sore, waktu Bali) dengan durasi pertunjukkan kurang lebih 1 jam. Umumnya pertunjukan tari Kecak di selenggarakan di Pura-Pura Hindu Bali seperti di Pura Uluwatu dan Pura Tanah Lot. Ada juga panggung-panggung khusus untuk pertunjukan tari Kecak, seperti di Ubud, Garuda Wisnu Kencana dan lain-lain. Hanya saja diantara semua tempat pertunjukan tari Kecak ini yang paling populer adalah di Pura Uluwatu.

Setelah lebih dari 2 tahun, 2020 dan 2021 pariwisata Bali di hantam habis oleh Pandemi Covid-19, saat ini geliat perekonomian dan pariwisata sudah mulai kembali bangkit. Semoga sesuai dengan tradisi yang menjadi roh tarian ini sebagai tari penolak bala, Tari Kecak bisa menjadi penolak bala penyakit Covid-19 dan mengembalikan pariwisata Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Semoga....

Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu