Pedoman Baru WHO; Pasien Isolasi Mandiri Wajib Punya Ini

Pada artikel 'Cerita Dari Penyintas Covid-19 Yang Melakukan Isolasi Mandiri Di Rumah' saya tampilkan ( Media Kit Covid-19) foto tentang list apa saja yang diperlukan untuk Pasien Covid-19 yang melakukan Isolasi Mandiri di rumah. Salah satunya adalah sebuah alat bernama Oximeter. Apa itu Oximeter ? Pulse oxymeter atau oximeter adalah alat untuk mengukur saturasi oksigen pada tubuh. Ternyata hal ini mengikuti Pedoman Baru yang dikeluarkan WHO untuk pasien Covid-19 yang melakukan perawatan di rumah (Isolasi Mandiri)
Melansir Healthline dan Kompas.com, Oximeter ini bisa digunakan untuk mengetahui tingkat oksigen di dalam darah seseorang. Selain itu, oximeter mampu mendeteksi seberapa efisien kadar oksigen yang dikirimkan ke bagian tubuh yang paling jauh dengan jantung, misalnya kaki dan lengan. Karena fungsinya seperti untuk mengukur denyut nadi maka sebagian orang menyebutnya oximeter nadi.

Kalau sampeyan sering menonton film serial atau film bioskop luar negeri yang memperlihatkan seorang pasien dalam kondisi dirawat di Rumah Sakit (ER atau Grey's Anatomy), mungkin sampeyan pernah lihat alat ini. Penggunaan alat ini cukup simpel karena cukup tinggal dipasangkan di ujung jari pasien.

Lalu apa hubungan Oximeter ini dengan Covid-19 ? 
Ada satu kondisi yang belakangan ramai diperbincangkan yaitu Happy Hypoxia, yang disebut bisa menjadi indikator apakah si pasien Covid-19 yang sedang menjalani Isolasi Mandiri perlu dibawa ke rumah sakit atau tidak. Happy Hypoxia atau hypoxemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan oksigen dalam tubuh.
Ada 2 cara deteksi dini Happy Hypoxia, yang pertama dengan menarik napas dalam-dalam 2 - 3 kali, jika timbul rangsangan batuk, maka waspadai resiko hypoxia. Yang kedua adalah dengan menggunakan Pulse Oximetri yang dipasang pada ujung jari, untuk mengukur saturasi oksigen dalam tubuh.

Bagaimana cara membaca Oximetri ?
Cara membaca Oximetri ini adalah dengan melihat kadar SpO2 (tingkat saturasi oksigen) dan PRbpm pada pulse oximeter. Jika tingkat saturasi oksigennya 95 persen dianggap normal. Dikutip dari Mayo Clinic dan Detik Health, tingkat saturasi oksigen atau SpO2 normal berada pada angka 95 hingga 100 persen. Tetapi, jika saturasi oksigen atau SpO2 berada di bawah 95, seperti 92 dan seterusnya bisa menunjukkan adanya potensi hipoksemia atau kekurangan oksigen.

Sementara dikutip dari Medicover Hospitals, PRbpm pada oximeter adalah grafik denyut nadi yang bisa menentukan berapa kali jantung berdetak per menit. PRbpm atau Pulse Rate beats per minute yang normal berkisar antara 60-100 bpm.
SpO2 dan Indikasinya - dok. Cables and Sensors
Tips untuk penggunaan Oximetri dengan benar di rumah dikutip dari Cable and Sensors dot com sebagai berikut:
  • Periksa tingkat saturasi oksigen sampeyan pada berbagai waktu dalam sehari atau selama aktivitas fisik, seperti yang ditunjukkan oleh dokter sampeyan. 
  • Pastikan untuk menyimpan catatan pembacaan Oximetri sampeyan untuk membantu dokter menilai kondisi sampeyan. Menggunakan catatan sampeyan, bekerja sama dengan dokter sampeyan tentang bagaimana sampeyan dapat mencapai atau mempertahankan tingkat saturasi oksigen ideal sampeyan. 
  • Jika sampeyan sedang menjalani terapi oksigen, jangan pernah mentitrasi oksigen tanpa adanya rekomendasi dari penyedia layanan kesehatan sampeyan atau rumah sakit. 
  • Jangan pernah bergantung pada pembacaan oksimeter denyut jika sampeyan benar-benar merasa terjadi kondisi yang berkebalikan. Jika sampeyan merasa sesak napas bahkan dengan pembacaan oksimeter denyut-nya normal, jangan ragu untuk menghubungi penyedia layanan kesehatan terdekat sesegera mungkin. 
  • Beri tahu dokter sampeyan segera, jika sampeyan melihat penurunan tiba-tiba pada tingkat saturasi oksigen sampeyan karena ini bisa menjadi pertanda adanya masalah. 
  • Gunakan lembar log aktivitas SpO2 untuk mencatat aktivitas sampeyan dan saturasi oksigen di rumah sehingga sampeyan dapat mendiskusikan dan berbagi informasi ini dengan dokter sampeyan.
Seperti yang dikatakan Juru bicara WHO Margaret Haris di Jenewa yang dikutip dari Reuters, pada Selasa (26/1/2021) "Hal lain dalam pedoman yang baru adalah bahwa pasien COVID-19 di rumah harus menggunakan oksimetri nadi, yang mengukur kadar oksigen, sehingga Anda dapat mengidentifikasi apakah di rumah kondisinya memburuk, atau akan lebih baik dirawat di rumah sakit."

Pembacaan pulse oximeter bisa memberikan hasil dengan selisih perbedaan 2 persen. Misalnya pada oximeter menunjukkan SpO2 82 persen, itu berarti tingkat SpO2 di dalam tubuh berkisar antara 80-84 persen. Tetapi akurasi pembacaan Oximeter yang 2 persen ini bisa terganggu karena beberapa faktor, seperti misalnya gerakan, suhu tubuh dan adanya cat pada kuku.

Monggo silahkan di cari di Toko sebelah, karena masih banyak koq kegunaan lainnya selain untuk alat deteksi Happy Hypoxia dan Covid-19. Jadi menurut saya gak ada ruginya beli alat ini. 
Pada dasarnya penggunaan oximeter adalah untuk memeriksa seberapa baik jantung seseorang memompa oksigen ke seluruh tubuhnya, sehingga selain untuk deteksi dini Covid-19, fungsi lain dari Oximeter adalah antara lain :
  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
  • Asma
  • Radang paru-paru
  • Kanker paru-paru
  • Anemia Serangan jantung atau gagal jantung
  • Cacat jantung kongenital.
Jadi bagaimana, apakah sampeyan sudah mempunyai Oximeter ini ? Kalo belum punya dan ingin beli sekarang, coba saja browsing di toko online andalah sampeyan. Range harganya sendiri setahu saya saat ini, berkisar antara Rp50.000,- sampai Rp 3.000.000,- tergantung merk ya.

Selamat berburu Oximeter...
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu