Masih soal Esemka. Tahukah sampeyan kalo Esemka itu ada produk motor roda 2 juga ? Kalau belum tau, sini saya kasih tau.
Project Esemka (SMK) adalah bagian dari project SMK Bisa yang diluncurkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Project ini, selain mobil Esemka (yang baru heboh dan katanya akan mulai di produksi oleh PT. SMK akhir tahun 2018 ini) ada beberapa varian produk. Diantaranya produk elektronik (merk Zyrex), produk alat-alat pertanian dan produk Sepeda Motor. Nah, sekarang saya ingin bercerita tentang produk sepeda motor Esemka. Sepeda Motor Esemka, dulu coba diproduksi dengan menggandeng pabrikan motor PT. Kanzen Motor Indonesia (dulunya PT. Semesta Citra Motorindo) yang saat ini sudah pailit dan berhenti beroperasi.
Type Sepeda Motor Kanzen Esemka yang dibuat melalui project Esemka tersebut adalah Auriga dan Pesona 5.
Konsep produksinya menerapkan konsep Teaching Factory, dimana pabrikan (PT. KMI) mengirimkan spare part ke Plan Teaching Factory dan siswa-siswa SMK yang merakit. SMK yang dulu sudah mulai mencoba merakit, kalau tidak salah SMKN 5 Malang dan SMKN 4 Jakarta.
Seperti yang sudah saya sampaikan di artikel Antara Mobnas Esemka dan SMK bahwa tantangan terbesarnya adalah di sisi Marketing dan After Salesnya. Bagaimanapun juga, produk-produk tersebut dipasaran akan bertarung dengan produk-produk ATPM yang sudah eksis berpuluh-puluh tahun di Indonesia, bahkan dunia. Lalu mampukah Esemka ?
Untuk produk sepeda motor ini, ternyata gaungnya jauh panggang dari api. Di tahun 2013, pemasaran Sepeda Motor Kanzen Esemka hanya terjual kurang lebih 54 unit saja dan terhenti projectnya begitu saja setelah PT. Kanzen Motor Indonesia sendiri pailit dan berhenti beroperasi.
Sebetulnya pertanyaan yg muncul akan sama. Mengapa Esemka tidak mengandeng pabrikan besar yang lebih siap dg jaringan pemasaran dan after sales-nya. Misalnya, menggandeng Astra Honda Motor, Yamaha Motor atau VIAR tapi memilih Kanzen. Kalau kembali bicara tentang TKDN, maka produk-produk Honda, Yamaha atau bahkan VIAR sebetulnya (mungkin) sudah 90% di produksi di Indonesia.
Belajar dari ketidak berhasilan Sepeda Motor (Nasional) Esemka, hal tersebut semestinya bisa dijadikan acuan saat ambisi membuat Mobil Nasional kembali digelorakan menjelang pilpres 2019. Pertanyaan selanjutnya adalah 'Apakah niatnya murni bisnis atau memang ada muatan politik yang 'dititipkan' ?'
Satu hal yang sangat disayangkan adalah ikut tenggelamnya konsep Teaching Factory, yang misalnya bisa dibangkitkan lagi mungkin akan sedikit mengurai permasalahan lapangan pekerjaan dan pengangguran yang timbul saat ini.
Project Esemka (SMK) adalah bagian dari project SMK Bisa yang diluncurkan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (dulu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan). Project ini, selain mobil Esemka (yang baru heboh dan katanya akan mulai di produksi oleh PT. SMK akhir tahun 2018 ini) ada beberapa varian produk. Diantaranya produk elektronik (merk Zyrex), produk alat-alat pertanian dan produk Sepeda Motor. Nah, sekarang saya ingin bercerita tentang produk sepeda motor Esemka. Sepeda Motor Esemka, dulu coba diproduksi dengan menggandeng pabrikan motor PT. Kanzen Motor Indonesia (dulunya PT. Semesta Citra Motorindo) yang saat ini sudah pailit dan berhenti beroperasi.
Type Sepeda Motor Kanzen Esemka yang dibuat melalui project Esemka tersebut adalah Auriga dan Pesona 5.
Auriga 100cc
Pesona5 100cc
Konsep produksinya menerapkan konsep Teaching Factory, dimana pabrikan (PT. KMI) mengirimkan spare part ke Plan Teaching Factory dan siswa-siswa SMK yang merakit. SMK yang dulu sudah mulai mencoba merakit, kalau tidak salah SMKN 5 Malang dan SMKN 4 Jakarta.
Seperti yang sudah saya sampaikan di artikel Antara Mobnas Esemka dan SMK bahwa tantangan terbesarnya adalah di sisi Marketing dan After Salesnya. Bagaimanapun juga, produk-produk tersebut dipasaran akan bertarung dengan produk-produk ATPM yang sudah eksis berpuluh-puluh tahun di Indonesia, bahkan dunia. Lalu mampukah Esemka ?
Untuk produk sepeda motor ini, ternyata gaungnya jauh panggang dari api. Di tahun 2013, pemasaran Sepeda Motor Kanzen Esemka hanya terjual kurang lebih 54 unit saja dan terhenti projectnya begitu saja setelah PT. Kanzen Motor Indonesia sendiri pailit dan berhenti beroperasi.
Sebetulnya pertanyaan yg muncul akan sama. Mengapa Esemka tidak mengandeng pabrikan besar yang lebih siap dg jaringan pemasaran dan after sales-nya. Misalnya, menggandeng Astra Honda Motor, Yamaha Motor atau VIAR tapi memilih Kanzen. Kalau kembali bicara tentang TKDN, maka produk-produk Honda, Yamaha atau bahkan VIAR sebetulnya (mungkin) sudah 90% di produksi di Indonesia.
Belajar dari ketidak berhasilan Sepeda Motor (Nasional) Esemka, hal tersebut semestinya bisa dijadikan acuan saat ambisi membuat Mobil Nasional kembali digelorakan menjelang pilpres 2019. Pertanyaan selanjutnya adalah 'Apakah niatnya murni bisnis atau memang ada muatan politik yang 'dititipkan' ?'
Satu hal yang sangat disayangkan adalah ikut tenggelamnya konsep Teaching Factory, yang misalnya bisa dibangkitkan lagi mungkin akan sedikit mengurai permasalahan lapangan pekerjaan dan pengangguran yang timbul saat ini.
0 Comments