Skripsi, Susun Sendiri atau Pakai Joki ?

Beberapa saat yang lalu, saya menerima DM dari seseorang, sebut saja si Bujang, yang intinya dia meminta saya untuk membuatkan materi dan alat yang nantinya akan dijadikan bahan Skripsi-nya. Apakah kemudian saya terima permintaannya ? Jelas saya tolak-lah....bukan karena saya tidak mau uangnya, tapi karena saya merasa gak cukup mampu untuk membuat bahan Skripsi yang nantinya harus dipertanggungjawabkan oleh si Bujang di hadapan para Dosen penguji. Lha yang mau maju Sidang Skripsi siapa, yang buat materinya siapa....menurut saya kalo kemudian si Bujang berhasil lulus dengan nilai C+ saja, kemungkinannya antara Dosen Pengujinya yang tidak bisa bertanya atau mungkin si Bujang yang jago ngecapnya.

Definisi Skripsi (menurut Wikipedia) adalah Suatu Karya Tulis Ilmiah berupa paparan tulisan penelitian Sarjana S1 yang membahas suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah yang berlaku.


Tujuan adanya Skripsi itu adalah agar mahasiswa (calon sarjana) mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah sekaligus membuktikan kemampuannya memadukan pengetahuan dan ketrampilannya dalam memahami, menganalisis, menggambarkan dan menjelaskan masalah yang berhubungan dengan bisang keilmuan yang diambilnya. Skripsi merupakan persyaratan untuk mendapatkan status sarjana (S1) di setiap Perguruan Tinggi (Universitas) yang ada di Indonesia. Sebenarnya istilah Skripsi sebagai Tugas Akhir Sarjana ini hanya digunakan di Indonesia. Untuk Perguruan Tinggi di Luar negeri, Tugas akhir ini lebih sering disebut Thesis dan Disertation (Disertasi).

Nah, bagaimana kalo si Calon Sarjana ini bisa jadi Sarjana berkat Skripsi yang dibuat oleh orang lain ?
Artinya kan dia tidak melakukan analisa masalah yang dituliskan, tidak memahami masalah dan pengetahuannya layak dipertanyakan. Bisa jadi jangan-jangan memang orang-orang yang titelnya berderet-deret di kartu nama itu, pengetahuannya tidak sepanjang titel-nya. Tergantung dia pakai Joki atau bikin sendiri Skripsinya....

Bikin Skripsi Dulu dan Kini

Dulu jaman saya harus bikin Skripsi, senjata pertama yang wajib dimiliki adalah Kartu Anggota Perpustakaan Nasional karena bagaimanapun juga untuk bisa menyusun tulisan, apalagi Karya Ilmiah, harus diperbanyak literasi dan membaca. Jaman dulu komputer belum secanggih sekarang, Google juga belum pintar-pintar amat, sehingga kita-lah yang mesti ribet dan repot cari buku referensi dan dibaca bab per bab-nya.

Map Perpustakaan Nasional

Kalo sekarang mah enak, tinggal ketik kata kunci langsung deh Google yang bekerja mencarikan referensi. Walaupun seringkali kalo tidak hati-hati bisa terperangkap pada informasi dan referensi Hoax.

Dulu kalo mau riset dan bikin alat, mesti pusing ngoprek sendiri, coba-coba trial dan error, sehingkali buang-buang uang buat belanja komponen yang belum tentu bisa sukses jadi alat seperti yang dibayangkan. Mesti bolak-balik baca teori, mesti bikin desain gambar manual, mesti banyak diskusi dengan Dosen Pembimbing, mesti tanya teman yang lebih paham alat realnya....ribet dah pokoknya.

Ini Hasil Riset Saya tapi Bukan Bahan Skripsi ya...

Nah, kalo sekarang bisa searching tutorial di Youtube. Emang ada ? Banyaaakkk....salah satunya Youtube Channel Tatas JP (promosi dikit ah). Makanya jangan cuma nontonin Youtube yang kontennya cuma prank atau lucu-lucuan atau konten yang menampilkan derita dan kisah hidup orang yang susah. Sampeyan gak akan berkembang isi otak dan pengetahuannya kalo cuma nontonin drama-drama begituan. Dari nonton tutorial di Youtube sampeyan tinggal kumpulin list percobaan yang saling mendukung lalu buat versi baru dengan memadu padankan alat yang mau digarap.

Belum soal penyusunan naskah proposal Judul sampai penyusunan Skripsinya. Dulu, jaman PC, masih jarang yang punya, untuk mengetik, edit dan lain-lain yang terkait dengan naskah dan administrasi skripsi, mahasiswa (jadul) akan sering nongkrong di rentalan komputer. Makanya dulu Bisnis Rental Komputer lumayan menghasilkan, apalagi kalo posisinya di dekat atau sekitar lingkungan kampus. Otomatis akan banyak tuh customernya, kalopun males ngetik sendiri seringkali mas-mas rental komputer itu juga menyediakan jasa pengetikan.

Dari awalnya (hanya) jasa pengetikan inilah kemudian akan bisa berkembang permintaan jadi jasa penyusunan skripsi. Apalagi kalo si mahasiswa sudah mulai pusing karena banyak revisi yang harus dibuat dari naskah yang dia susun sendiri lalu akhirnya mikir instan 'ganti judul' ajalah. Toh seringkali di rentalan-rentalan komputer tersebut tersimpan banyak file mentahan bahan-bahan skripsi, entah yang tinggal nerusin atau masih berupa data mentah yang belum diolah.

Jasa Pembuatan Skripsi

Kalo sampeyan termasuk calon sarjana pemalas, tidak mau mikir, males ngoprek lalu tertarik bikin skripsi menggunakan jasa Joki Skripsi, sampeyan bisa langsung browsing di Google dengan kata kunci Joki Skripsi atau Jasa Pembuatan Skripsi. Sekarang para Joki Skripsi ini sudah terang-terangan jualan jasanya. Di Tokopedia....banyak, di Shoppee...banyak, atau sampeyan mau cari di Google, Google Map saja sudah bertebaran lokasi para Joki ini. Belum yang nempelin pamflet di tiang listrik atau tembok kost-kost'an....tinggal pilih judul....nego harga trus siap-siap sidang deh.

Legal atau Ilegal ? Secara hukum entah Perdata atau Pidana, Profesi Joki Skripsi ini berada di batasan hukum abu-abu. Maksudnya, kemungkinan di pidanakan, entah Joki atau Penggunanya, sangat kecil, mungkin karena dianggap tidak melanggar hukum. Hukum yang mungkin (sedikit) dilanggar paling Hukum Kekayaan Intelektual, itupun jika Karya Ilmiah, Thesis atau Skripsi yang dijiplak di daftarkan secara paten dan memiliki Hak Kekayaan Intelektual. Jika tidak....ya peluang dipakai lagi dan lagi oleh para Joki ini akan sangat besar dan bebas jerat hukum.

Sebetulnya maraknya Joki Skripsi ini terjadi karena adanya demand yang lumayan tinggi, secara masih banyak mahasiswa yang otaknya kaya anak TK, yang malas dan bermental instan. Kalau bisa bayar ya ngapain ribet, repot bikin sendiri. Jangankan Skripsi, wong kopi aja kalo misal rumahnya dekat sama warung kopi mending nongkrong di warung kopi walo cuma jajan kopi segelas dan gorengan 1 biji.

Seperti dilansir harian Kompas, Guru Besar Sosiologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Ravik Karsidi, mengatakan pemanfaatkan jasa pembuatan tugas akhir mahasiswa untuk lulus bisa marak karena banyak orang bermental instan, di mana ingin meraih gelar akademik, tanpa mau bersusah payah menempuh proses. Di samping harus memerangi sikap masyarakat bermental instan yang suka ‘menerabas’, aturan-aturan di perguruan tinggi yang ketat juga kiranya dapat menjadi salah satu filter dalam menegakkan integritas akademik. Hal senada juga dilontarkan oleh Budi Agus Riswandi, Kepala Pusat Studi Hak Kekayaan Intelektual Universitas Islam Indonesia (HKI UII), sebagaimana dikutip Brilio.net, bahwa tindakan mengkomersialkan skripsi sangat bertentangan dengan semangat pendidikan. Karena tujuan diadakannya tugas akhir adalah mengaktualisasikan pengetahuan mahasiswa yang diperoleh selama kuliah, jika proses tugas akhir dilakukan oleh orang lain maka sebenarnya terjadi pembodohan generasi masa depan.

Baik mahasiswa pemakai jasa pembuatan skripsi maupun penyedia jasa skripsi itu sendiri kiranya sama-sama tak mencerminkan integritas dan termasuk pelanggaran berat terhadap etika akademik. Membayar orang lain untuk mengerjakan skripsi juga merupakan bentuk tindakan yang tak bertanggung jawab, yang dapat merugikan diri sendiri serta berdampak pada masa depan. 

Nah, untuk mencegah terjadinya Joki dan mahasiswa instan bermain-main dalam penyusunan skripsinya, beberapa universitas pun kini mulai menggunakan program pendeteksi plagiarisme yakni Turnitin, untuk menguji keaslian karya atau tugas para mahasiswa. Hasil uji Turnitin yang dapat membaca indeks kesamaan/kemiripan tulisan tersebut bahkan kerap dijadikan sebagai syarat mahasiswa untuk mendaftar sidang ujian skripsi ataupun tugas akhir lainnya. Sehingga bisa jadi mereka yang tidak menyusun skirpsinya sendiri, melainkan menggunakan jasa joki, dapat tidak lolos uji Turnitin.

Namun Software, aplikasi atau apapun yang digunakan utuk mencegah per-Jokian Skripsi ya gak akan merubah pasar skripsi secara signifikan. Karena sumber masalahnya adalah mental para mahasiswa instan pencari skripsi ini.

Kalo saya sih kalo disuruh milih (lagi) antara menyusun Skripsi sendiri atau Pakai Joki, saya akan tetap memilih Susun Skripsi sendiri. Kenapa ? Ya karena dari situ saya bisa mengukur sejauh mana pengetahuan saya tentang hal yang saya tulis dan jadikan skripsi. Dari pengetahuan itu kan kemudian bisa saya jadikan modal jualan.

Nah, kalo sampeyan butuh pompa industri yang besar dan heavy duty, sampeyan boleh hubungi saya, mau DM...PM...AM...FM atau tinggalkan komentar di artikel ini juga boleh. Kebetulan saya dititipi produk pompa industri buatan German dengan kemampuan memompa gak hanya cairan saja, melainkan sampai Slug, Lumpur, dan kandungan berat lainnya.


Pompa ini cocok untuk Industri Bir, Industri Kopi, Industri Painting, dan Pengolahan WTP. Seandainya ada Inquiry kebutuhan, kontak saya saja nanti saya hubungkan langsung dengan Principal-nya.
Spare Part L&M Pumps

Bisa kan saya jualan....

Makanya kadang saya berpikir, mereka itu sekolah (kuliah) dengan biaya yang gak sedikit untuk apa ya. Demi mendapatkan ilmu dan pengetahuan sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja, atau cuma mencari sederet gelar untuk dituliskan di undangan pernikahan. 

Atau mungkin demi kebanggaan dan pencarian pujian (atau jabatan).

Entahlah ya....

Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu