Fintech (Pinjaman Online), Tukang Kredit di Jaman Disruption Era

Jaman Dulu, kalo kita menyebut Tukang Kredit itu identik dengan mas-mas yang keliling pasar, bawa-bawa buku saku (note book) atau buku kecil panjang yang isinya 'daftar nasabah' yang harus didatangi si Kang Kredit ini setiap hari. Yang dikredit biasanya berupa barang perlengkapan rumah tangga seperti panci dan kawan-kawannya atau Kain (baca: Jarit), sarung dan pakaian sehari-hari. Area operasi si Kang Kredit ini biasanya di Pasar Tradisional atau muterin gang-gang di Kampung.

Nah, di jaman Now...kerjaan si Kang Kredit inipun ter-disrupted...tergusur oleh aplikasi-aplikasi Fintech (Financial Technology) yang bisa dengan mudah sampeyan search dan download di Appstore-nya Google. Penggunaannya pun mudah, cukup modal KTP, foto selfie, isi aplikasi pinjaman 5 menit, di acc dalam waktu 15 menit uang Rp 500ribu sampai 5juta bisa langsung ditransfer ke rekening. Eitsss tunggu dulu....jangan senang dulu, karena di beberapa aplikasi uang yang ditransfer masih dipotong biaya administrasi jadi uang yang diterima tidak utuh sebesar nilai nominal yang dipinjam. Parahnya lagi, udah uang yang ditransfer tidak utuh (sudah dipotong), nilai hutang yang harus dibayar masih ditambah bunga antara 1% sampai 2% per hari....per hari lho hitungannya...bukan per bulan. Jadi kalo di akumulasi bunga yang harus dibayar ada dikisaran 30% sampai 50%. Misalnya, (di salah satu aplikasi) sampeyan mengajukan pinjaman sebesar Rp 2.300.000,- dana yang ditransfer hanya sebesar Rp 1.950.000 dan jumlah yang harus sampeyan bayar Rp 887.000 selama 3 bulan. Silahkan dihitung sendiri berapa bunganya sampai lunas.

Kalau di tahun 2018 kemarin banyak yang berkampanye Gerakan Anti Riba, namun banyak pula yang kemudian mem-viralkan diri telah terjebak aplikasi Fintech tersebut. Kenapa demikian ? menurut saya, awalnya aplikasi Fintech ini bersifat personal, karena peminjan dan yang dipinjami tidak berinteraksi secara langsung seperti kalau sampeyan pinjam ke rentenir.


Masalahnya, adalah ketika sampeyan terlambat atau menunggak pembayaran. Sampeyan berasumsi tidak akan ada masalah, tapi sesungguhnya si aplikasi tersebut akan tetap bekerja otomatis tanpa sampeyan tahu. Database nomor-nomor yang ada di hape sampeyan sudah di save si aplikasi dan akan langsung mengirim SMS-SMS reminder ke nomor-nomor yang paling sering sampeyan hubungi atau bahkan kesemua nomor telpon teman sampeyan. Itulah hebatnya teknologi Artificial Intelligence (AI).

Baca: Menyelesaikan Masalah Kartu Kredit Macet

Apa itu AI ? AI adalah kecerdasan entitas ilmiah, atau bisa didefinisikan sebagai “kemampuan sistem untuk menafsirkan data eksternal dengan benar, untuk belajar dari data tersebut, dan menggunakan pembelajaran tersebut guna mencapai tujuan dan tugas tertentu melalui adaptasi yang fleksibel” (sumber: Wikipedia). Nah, sampeyan mungkin tidak dikejar-kejar oleh si aplikasi PinjOl untuk bayar pinjaman online sampeyan, tetapi teman-teman yang ada di kontak sampeyan akan dikontak satu persatu sampai sampeyan membayar pinjaman berikut bunga dan denda berjalannya. Dan lebih seramnya lagi, bunga dan denda akan terakumulasi dan dihitung harian sehingga angkanya bisa berlipat-lipat dari nominal yang pernah sampeyan pinjam.
Lalu bagaimana solusinya ? Satu-satunya solusi untuk menghentikan kejaran si PinjOl ini adalah membayar. Segera lunasi, hapus aplikasi dan jangan pernah meminjam lagi secara online. Atau untuk meminimalkan masalah yang nantinya timbul, misalnya sampeyan saat ini masih terlibat dan membutuhkan 'dana talangan' PinjOl ini, ya jangan sampai telat membayar sesuai waktu dan tanggal yang sudah sampeyan setujui saat mengajukan pinjaman.

Be Smart...
Be Wise yah....
Post Navi

Post a Comment

1 Comments

  1. Setuju.. Tukang kredit sekarang mah lebih keren tapi lebih bikin orang malah tambah susah... So jangan pernah kenal sama yang namanya kredit ☺☺☺☺

    ReplyDelete
Emoji
(y)
:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)

Close Menu