Go atau No-Go, Itu Terserah Lo | Udah Males Jadi Karyawan, Pengin Jadi Pengusaha....Baca Ini Dulu

Akhir tahun, seperti biasa...seperti tahun yang sudah-sudah...selalu akan banyak agenda Demo Buruh yang protes tentang rencana kenaikan gaji (UMP). Buruh protes karena usulan pemerintah untuk kenaikan gaji 'hanya' 1% (atau kurang)....padahal yang gaji buruh kan perusahaan tempat dia kerja, bukan pemerintah. Jadi kalo merasa gajinya kurang, kenapa cuma protes...resign aja trus jadi pengusaha. Biar bisa bebas mau matok gaji berapa untuk dirinya sendiri.

T A P I.........

Di medsos beberapa hari yang lalu beredar Photo Screenshot dari tweeter, tulisan yang isinya 'Buruh digaji 4jt/bulan, 20 hari kerja....bla..bla..bla...Ngasih laba 200rb/hari atau 40jt selama 20 hari kerja....bli...bli...bli...blu..blu..blu...Kira-kira ini perbudakan apa gak ?'. Entah si mas atau si mbak buruh ini belajar berhitungnya dari mana...mungkin pas pelajaran perkalian dulu jaman SD dia lagi sibuk jajan gorengan dan es teh plastikan di kantin. 

Eits tidak semudah itu Ferguso coba hitung lagi dengan benar, atau sampeyan berani Resign dan coba jadi Pengusaha. Biar bisa dapat keuntungan 200rb/hari selama 20 hari = 40juta...jangan cuma protas-protes...ngompori pekerja (buruh) lain sementara sampeyan gak berani terjun bebas jadi pengusaha, kalo memang yakin pengusaha dapat profit 200rb/hari = 40jt sebulan.


Oke...misalnya sampeyan berani memutuskan untuk jadi pengusaha dan berwirausaha. Sampeyan paham gak kalo kewirausahaan itu bukan cara cepat untuk menjadi kaya raya dan bebas finansial serta otomatis cepat terkenal atau minimal dikenal teman-teman sampeyan sebagai boss.

Jadi boss yang berbisnis atau berwirausaha itu bukan sekedar buat petentang petenteng trus bisa bangun tidur siang, jam kerjanya suka-suka. Coba dibaca, dipahami, dihayati trus bikin rencana yang matang dulu sebelum sampeyan memutuskan resign dan cetak kartu nama dengan pangkat direktur.

Pahami Dulu Diri Sendiri

Apa maksudnya ini....wong saya mau jadi pebisnis koq disuruh memahami diri sendiri. Gini lho mas'e, mbak'e, kalo sampeyan ingin jadi pebisnis sampeyan mesti siap kerja lebih lama dari orang kebanyakan. Alias jam kerja sampeyan tidak terbatas hanya 8 jam trus sampeyan bisa males-malesan. Yang namanya boss itu makan malam sama teman saja harus bernilai bisnis. Nongkong ngopi di cafe, itupun seringkali gak lepas dari bicara bisnis. Gak bisa tuh sampeyan cuma berangkat kerja jam 6 pagi trus pulang jam 6 sore sampai dirumah trus cuma leyeh-leyeh sama pasangan dan anak.

Seorang boss, apalagi baru mulai bisnis umumnya masih single fighter. Belum bisa bayar asisten pribadi atau admin, sehingga urusan pembukuan, pencatatan administrasi bahkan atur janji dengan klien atau calon customer atau rekan bisnis semua harus dilakukan sendiri.

Yakin sampeyan sanggup ?

Yang kedua, kira-kira sampeyan sanggup gak hidup tanpa gaji minimal 12 bulan sampai 24 bulan. Sampeyan punya tabungan yang sanggup cover semua kebutuhan hidup sampeyan ? Kalo gak punya tabungan atau masih ngarep gajian di awal bulan, ya lupakan saja dulu keinginan dipanggil 'Boss'. Belum kalo sampeyan sudah nikah dan punya tanggungan anak atau keluarga, sampeyan punya tabungan-kah untuk mencukupi segala pengeluaran rumah tangga yang selama ini bisa ngandelin dari gaji bulanan. Ada sumber income lain yang mampu menopang itu semua (gaji pasangan) yang terstruktur dan terencana serta bukan sekedar income kagetan.

Yakin sampeyan sanggup ?

Yang ketiga, apa sampeyan siap jualan dan menawarkan barang/jasa/apapun jenis usaha sampeyan ke orang lain. Berbisnis itu intinya adalah jualan....jualan apapun, entah barang atau keahlian. Makanya kalau ingin jadi pebisnis ya belajarlah untuk jualan. Nah, dalam proses jualan ini akan ada penolakan-penolakan dan kegagalan-kegagalan penawaran, sampeyan siap gak ? Saya kasih tau....rasanya ditolak gebetan itu belum seberapa sakitnya dibanding penolakan apa yang sampeyan jual dan tawarkan. Ini gak cuma sekali dua kali....akan ada beratus-ratus kali penolakan sebelum berhasil satu kali.

Yakin sampeyan sanggup ?

Pikirkan Modal Awal

Kalo ada yang bilang 'Yang penting mulai saja dulu...gak punya modal ya modal dengkul aja dulu', saya bilang sih 'Bangun wooy...tidurmu kesorean kalo ngimpi bisa memulai bisnis tanpa modal apapun'. Bisnis yang dimulai tanpa modal, saya bisa pastikan (hampir) tidak ada. Kalaupun ada bisnis yang bisa dimulai tanpa modal, sampeyan pastilah sangat sangat dan sangat beruntung. Karena walopun sampeyan merasa tidak mengeluarkan sepeser rupiahpun untuk memulai bisnis, pasti dibalik itu ada banyak orang-orang yang sudah mengeluarkan sekian rupiah untuk membantu sampeyan mengawali bisnis.

Terus gimana dong cari duit untuk mengawali Bisnis ?

Usahakan di awal perjalanan bisnis itu sampeyan mulai dengan modal uang yang sampeyan punya. Entah itu tabungan (lagi...jadi nabung itu PENTING) atau modal pinjaman/hibah dari keluarga atau teman dekat. Dari awal coba sampeyan pikirkan dan usahakan Modal sampeyan itu bisa bertahan minimal 18 bulan untuk perputaran usaha.

Jangan keburu nafsu mengajukan pinjaman ke bank dengan jaminan aset yang sampeyan punya kalo sampeyan belum punya bayangan bagaimana bayar cicilannya bulan depan. Apalagi sampai mengajukan pinjaman di Pinjol. Jangan ya....bisa-bisa sampeyan bunuh diri karena terlilit hutang yang gak tau bagaimana bisa nglunasinnya.

Hidup itu keras Bray! Gak semanis kata-kata motivator....Buat bikin duit lo perlu duit, gak cukup sekedar niat baik dan kata-kata mutiara saja.

Setelah Bisnis Berjalan....

Yang namanya Bisnis itu harus bertumbuh, bukan sekedar menghasilkan cukup (punya) 'dana pinjaman' yang cuma bertahan untuk gajian bulan depan. 

Sesusah apa sih mempertahankan bisnis itu ?

Berdasarkan Riset Bureau of Labor Statistics, 33% UKM tamat setelah 2 tahun, 50% UKM berhasil melalui tahun kedua tapi pelan-pelan sekarat dan mati setelah 4 tahun, 66% kukutan setelah 6 tahun perjalannya. Jadi yang mampu bertahan melewati masa 6 tahun sejak mulainya bisnis itu hanya berkisar di angka 34%.

Penyebabnya berdasarkan survey tersebut antara lain:
  • 42% membuat dan memasarkan produk yang tidak sesuai dengan kebutuhan pasar
  • 29% kehabisan uang karena kesalahan manajemen keuangan
  • 23% karena konflik internal, tim tidak akur dan tidak kompak
  • 18% harga yang kurang kompetitif, kualitas produk yang tidak cukup baik
  • 14% marketingnya buruk sehingga tidak bisa menjaga kepercayaan customer

Seringkali pengusaha merasa terlalu pede karena merasa bisnisnya sudah bertumbuh, lalu cuma berpikir expand...expand....expand agar keuntungan makin berlipat. Yang terjadi seringkali si pengusaha (apalagi yang baru mulai usaha) terlalu bernafsu untuk nambah cabang, nambah variasi produk, nambah kapasitas produksi, tapi mereka lupa bahwa semakin besar usaha, semakin bertambah pula biayanya dan makin ribet ngurusinnya. Apalagi kalo dari awal tidak mempunyai tim yang solid, kompak dan kuat berjalan bersama. Komunikasi dan koordinasi tim biasanya mulai kacau, jika tidak dilandasi sistem kerja yang rapi dan terstruktur.

Ketika merasa pelanggan bertambah, pendapatan (omset) bertambah langsung merasa senang luar biasa yang kemudian terkadang jadi agresif untuk nambah karyawan, fulltime pula, walo gak jelas kerja dan strukturnya. Masalahnya kemudian ketika kondisi ekonomi jadi sulit, seperti masa pandemi yang terjadi saat ini, mulai kebingungan ngatur pengeluaran untuk gaji dan operasional, sehingga terpaksa menjalankan strategi potong gaji, menghilangkan tunjangan, mutasi dan berharap si karyawan resign dengan sendirinya....karena kalo lewat jalur PHK bayar pesangonnya mahal bro. Jangankan buat bayar pesangon wong buat gaji karyawan yang ada sudah senin kemis.

Susah kan mempertahankan bisnis itu....

Udah sebegitu susahnya bertahan, seringkali karyawan juga gak mau tau kondisi boss dan perusahaannya. Merasa gajinya kurang buat biaya hidup dan biaya gengsinya lalu mulai ngompori sana-sini dan ngajak demo, seperti cuitan diatas...

Jadi bagaimana ? lebih enak jadi karyawan atau mau (merasa) jadi boss yang siap pasang badan dan berdarah-darah mempertahankan bisnis yang ingin sampeyan rintis. Coba di pikirkan, di renungkan dan dipersiapkan sebelum sampeyan memutuskan untuk resign.

Bisnis itu bukan lomba lari Sprint agar bisa cepat sampai di garis finish. Bisnis itu ibaratnya lari marathon yang butuh nafas panjang, effort lebih dan wani perih serta siap berdarah-darah entah diawal perjalanan bisnis sampeyan ataupun dalam usaha mempertahankan bisnis yang sudah sampeyan mulai.

Nah, apakah sampeyan berani berwirausaha ?

Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu