The World's Broken, You Can't Trust Anyone | Tentang Rasa Percaya Dalam Cerita Film Raya And The Last Dragon

Seringkali saat ini kita cenderung berpikir, Apa kita yang terlalu baik atau memang banyak orang yang tidak bisa dipercaya. Sehingga banyak orang yang kemudian hanya memanfaatkan kita atau bahkan berlaku jahat (menurut penilaian kita) kepada kita. Lalu yang ada di benak kita 'The world's broken, You can't trust anyone' seperti yang Raya sering katakan pada Sisu, sang Naga.
Raya and The Last Dragon
Pada masa sekarang ini, begitu sulitnya kita bisa berpegang pada Gentlement Agreement, saling berjanji, salaman dan saling menepati komitmen. Bahkan kadang yang sudah tertuang dalam kesepakatan hitam diatas putih dan ditambah materai, orang masih sering ingkar...mblenjani janji.

Saya kadang berpikir apa orang-orang itu saat membuat kesepakatan tidak dipikirkan masak-masak dulu ya sebelum kesepakatan ditandatangani. Atau mungkin orang sudah terbentuk pada kebiasaan 'tanpa membaca dengan teliti' atau terbiasa 'membaca tanpa berpikir' lalu dengan mudah tandatangan dan menyetujui Term of Condition yang ditawarkan. Atau orang terlanjur males ketika mendengar kata-kata 'Syarat dan Ketentuan berlaku'. Entah....
Namun saat diminta memenuhi apa yg sudah dijanjikan sesuai komitmen kesepakatannya, ada aja alasannya. 'Ora iso dicekel omongan'e' kalo orang Jawa bilang. 

Nah, dalam film Disney terbaru yang berjudul Raya and The Last Dragon, pesan moral yang diangkat adalah tentang Rasa Saling percaya, Persatuan dan Gotong Royong. Jadi related banget dengan kondisi aktual saat ini, dimana kepercayaan dan hubungan antar pribadi antar sesama terdegradasi oleh berbagai kepentingan. 
 
Berlatar belakang sebuah negeri imajiner bernama Kumandra yang awalnya merupakan sebuah negeri besar dimana manusia hidup dengan harmonis bersama dengan para naga berkekuatan sihir. Namun kemudian muncul sebuah kekuatan jahat yang sangat kuat, Druun (bukan kadrun ya...) yang mampu meluluh lantakkan dunia (Kumandra). Para Naga berjuang melawan Druun dengan seluruh kemampuan sihirnya untuk menyelamatkan seisi dunia namun tidak mampu membendung dan menaklukan Druun. Sampai pada akhirnya tersisa satu naga bernama Sisudatu yang mampu mengalahkan Druun menggunakan bola permata sihir. Walaupun Sisudatu sendiri kemudian lenyap dan hanya meninggalkan Permata Sisu.

Penduduk Kumandra yang awalnya sudah diubah Druun menjadi batu bisa kembali menjadi manusia lagi. Semestinya peristiwa perjuangan para Naga dan Permata Sisudatu tersebut bisa menginspirasi manusia untuk bersatu dan bersyukur atas pengorbanan para naga tersebut. 

Namun sebaliknya...manusia tetaplah manusia yang bertindak layaknya manusia sehingga malah timbul peperangan memperebutkan Permata Sisu. Kumandra akhirnya terpecah menjadi 5 negeri yaitu Tail, Tallon, Spine, Fang dan Heart.

Tampilan Visualisasi khas Asia Tenggara

Yang menarik adalah cerita awal yang menjadi adegan pembuka dari film Raya and The Last Dragon ini adalah buatan seniman Indonesia Griselda Sastrawinata yang dipercaya sebagai visual development artist. Adegan pembuka film ini dibuat dengan gaya cerita spesial yang terinspirasi dari Wayang Kulit.

Selain Griselda, ada story artist asal Indonesia bernama Luis Logam, yang menterjemahkan cerita menjadi sebuah tampilan visual yang menarik.

Film Raya and The Last Dragon banyak menyuguhkan tampilan visualisasi berbagai elemen unik yang terinspirasi dari keindahan alam serta kekayaan budaya khas Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Keberagaman motif, warna, arsitektur, kebiasaan hingga nilai adat istiadat yang ditampilkan sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Asia Tenggara.

Seperti misalnya ada ditampilkan proses membatik dengan canting, bumbu masakan seperti terasi, sereh, rebung, cabe dan gula aren. Diceritakan pula sepanjang perjalanan petualangannya mencari Naga Sisu, Raya berbekal makanan dendeng Nangka yang dikeringkan.
Visualisasi Membatik dengan Canting
"Kami ingin memastikan bahwa ketika penonton menyaksikan film ini, mereka dapat turut merasakan kekayaan alam dan budaya Asia Tenggara yang indah. Sehingga meskipun Kumandra adalah dunia fantasi yang fiktif, kami merancang Kumandra agar tetap dinamis dan menggambarkan kehidupan sehari-hari yang begitu dekat dengan masyarakat Asia Tenggara. Kami ingin memberikan penghormatan kepada budaya yang menginspirasi cerita dan dunia Kumandra ini" jelas Carlos Lopez Estrada, sang Sutradara film ini.

Narasi Tentang Kepercayaan Sesama Makhluk Hidup

Cerita kemudian berlanjut 500 tahun setelah hilangnya Druun dan para Naga membatu, serta Permata Sisu yang disimpan di negeri Heart. Pada suatu kesempatan, ketika ke-5 negeri berkumpul untuk membicarakan 'kembali' bersatunya Kumandra, terjadi insiden yang memecahkan Permata Sisu.

Dengan pecahnya Permata Sisu, membuat kekuatan gelap Druun terlepas dan kembali membuat tandus dan menghancurkan ke-5 negeri Kumandra tersebut. Pecahan Permata Sisu kemudian terpencar ke-5 negeri tersebut,  dibawa masing-masing Ketua.

Raya yang sudah tumbuh dewasa dan merasa bertanggungjawab atas insiden lepasnya Druun, lalu mengembara untuk mencari Sisu, si Naga terakhir.

Pertemuan Raya dengan Sisu bukanlah akhir dari perjalanan menyelamatkan dunia atau kunci persatuan Kumandra. Raya bersama Sisu harus melewati berbagai tantangan dan rintangan yang tak mudah untuk mengumpulkan kembali pecahan Permata Sisu, yang dikuasai masing-masing Kepala Negeri Tail, Tallon, Spine dan Fang.
Raya-pun bertemu dengan teman-teman baru dari Negeri Tallon, Tail dan Spine. Dalam perjalanan mengumpulkan pecahan Permata Sisu, Sang Naga yang berkarakter riang dan lucu tersebut banyak mengajarkan pentingnya kepercayaan pada sesama manusia atau makhluk lainnya, apapun ras dan negerinya. Entah dia orang Tallon, Tail, Spine atau bahkan Fang.

"Don't trust anyone" pesan Raya pada Sisu sesaat sebelum melakukan sesuatu dalam usahanya mengumpulkan pecahan Permata Sisu. Namun selalu dipatahkan Sisu dengan bijak. Sampai akhirnya secara perlahan Raya merasakan dahsyatnya kekuatan kepercayaan.
Berkat kepercayaan, persatuan dan gotong royong saling membantu Raya, Sisu dan teman-temannya, film ini mencapai happy ending yang sarat makna. Penontonpun diajak untuk melihat dan menyimpulkan bahwa terkadang kita harus mau dan mampu membuang ego, rasa sakit hati dan kepentingan pribadi demi mencapai kepentingan bersama yang lebih besar.

“We have a choice. We can tear each other apart or we can come together and build a better world. It’s not too late.”

Kembali percaya atau mencoba tetap percaya pada orang yang sudah mengecewakan kita bukanlah hal mudah. Apalagi orang itu sudah mengingkari komitmen dan kepercayaan yang membuat kita merasa di bohongi dan ditipu. 

“It may feel impossible but sometimes you just have to take the first step, even before you’re ready.”

Tema yang hadir dalam film ini cukup ringan dan dekat dengan kehidupan kita sehari-hari, yang barangkali tidak disadari oleh sebagian orang. Sesederhana kata “percaya” ternyata mampu menyelamatkan dan menyatukan dunia yang telah hancur selama beratus-ratus tahun.

Cukup naif but who knows?
Siapa yang berani untuk membuktikan?

"If you want to get someone's trust, you have to give a little trust first"
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu