Rantai Tak Putus | Kumpulan Kisah Perjuangan Inspiratif Dari UMKM Binaan YDBA dan Kisah Saya

Rantai Tak Putus Dee Lestari
Soft Cover Rantai Tak Putus - dok. Pribadi

Rantai Tak Putus adalah buku Non Fiksi ke-2 karya Dee Lestari....dan saya cukup beruntung dapat yang Limited Edition bertandatangan basah dari mbak Dee. Buku ini sepertinya sih buku yang ditulis berdasarkan 'Pesanan' YDBA (Yayasan Dana Bakti Astra) yang isinya bercerita tentang UMKM dibawah binaan YDBA. 

Kisah-kisah didalam buku ini, saya percaya adalah 'True Story' tentang perjalanan bisnis para pelaku UMKM yang diceritakan pernah ikut LPB (Lembaga Pengembangan Bisnis) YDBA. UMKM yang tadinya hidup segan mati tak mau, jadi bergairah lagi dan akhirnya berhasil melewati masa sulitnya berkat pelatihan dan pendampingan dari YDBA. 

Para pengusaha UMKM di cerita ini sungguh beruntung bisa survive dan sukses dengan pendampingan YDBA. Tapi saya tau banget bahwa usaha-usaha yang dilakukan para pengusaha dalam buku ini untuk membangun bisnisnya, tidaklah sesimpel apa yang dituliskan di buku ini.
Bahkan mungkin pas awal dulu para pengusaha tau soal LPB YDBA gak terus serta merta mau ikut....seperti saya dulu... 

Cerita 1 sampai Cerita 4 di buku Rantai Tak Putus mengisahkan tentang para pengusaha 'besi'. Dari Agus yang menjalankan bisnis fabrikasi, terus Mashudi yang menjalankan bisnis Metal Stamping atau Harjito yang seorang pengusaha bengkel Machining skala besar.... Saingannya Tjokro Group... 😁 dan Pinuji yang punya usaha Bengkel Mobil.

Kalo cerita tentang Pengusaha 'besi', saya pernah jadi salah satu pelaku usaha yang sama....jadi Seniman Besi. Untuk para Pengusaha besi (mungkin) titik awal untuk jadi pengusaha manufakturing pengerjaan besi akan kurang lebih sama. Mulai dari seorang karyawan di perusahaan manufakturing yang kemudian melihat ada peluang setelah kenalan dengan customer (penghubung/brokernya) lalu nekat bikin bengkel (bengkel kecil) trus keluar dari zona nyaman di perusahaannya.
Jadi Pemilik UMKM Itu Tidak Mudah - dok. Pribadi

Dan faktanya tidak semudah apa yang diceritakan di buku. Bagaimana mencari dan memelihara kepercayaan konsumen, bagaimana berkompetisi (berebut order) dengan bengkel 'teman', bagaimana beratnya memilih antara memberi nafkah keluarga sendiri, pilihan antara anak istri yang puasa atau karyawan yang puasa, disaat income bengkel sedang sepi-sepinya. 
Belum lagi membangun kepercayaan dengan partner kerja, suplier dan customer.

Jelek-jelek begini...saya pernah punya kartu nama sendiri dan tercantum dalam Akta Pendirian Perusahaan dengan jabatan 'Direktur' lho....tapi ya apalah arti sebuah kebanggaan semu punya jabatan yang akhirnya cuma bisa kelihatan keren di mata teman dan handai taulan. Mengelola perusahaan (sendiri) itu tidak semudah jadi karyawan yang kerja tinggal kerja, gak perlu memikirkan bagaimana caranya bisa gajian (dan menggaji orang).

Dulu pernah, bengkel saya dapat project fabrikasi, nilainya sih gak terlalu besar kisaran 40 jutaan. Customer sudah mau berbaik hati memberi DP pengerjaan 50%....eh malah partner kerja yang kurang ajar. Dana DP yg hitungan awalnya mestinya dialokasikan untuk belanja material malah di tilep, cuma dibelanjakan setengah kebutuhan material....dan habis tuh uang DP. Masih beruntung customer gak complain pas saya minta pencairan dana lagi, yang kemudian mau bayar 25%. Cukup sih buat belanja material yang harus dibayar cash....tapi di akhir pekerjaan ya 25% lagi akhirnya buat bayar gaji pekerja dan ngasih THR (karena waktu itu mendekati hari raya), sementara saya....cuma kebagian 300ribu. Bayangkan dari project 40juta cuma kebagian yang 1% aja gak sampe, padahal itu kerja di lapangan....panas-panasan selama 2 minggu....bawa pulang duit 300ribu...gimana gak sakitnya tuh disini.... 

Belum yang cerita dikadalin pekerja....udah dibantu dikasih kerjaan, dibayar gajinya rutin, di kasih tempat tinggal, dipinjamin motor operasional... Eh tiba-tiba di suatu pagi yang sepoi-sepoi, tuh motor dibawa pergi....menghilang entah kemana rimbanya dan tak pernah kembali...akhirnya ya ikhlaskan sajalah daripada puyeng urusan sama pak pol. Urusan sama pak pol itu sama saja lapor kehilangan kambing malah bisa jadi kehilangan kerbau.

Masih ada lagi pengalaman ketipu broker BUMN yang bolak balik minta sampel tapi PO gak kunjung terbit. Ceritanya partner usaha saya kenal dengan seorang teman yg punya kawan di sebuah BUMN. Pas dulu lagi mau ada project Mobile Internet...banyak ini kebutuhannya (katanya), jadi ada peluang bikin stand untuk parabola receiver - transmitter sinyal internet yang dipasang diatas mobil. 
Project Mobile Internet PSN - dok. Pribadi

Nah, kami diminta bikin sampel... Sampai 6x atau 8x bolak balik revisi waktu itu....lupa saya dan setiap sampel dikirim, beberapa hari kemudian dikembalikan lagi...ada saja yg berubah permintaannya sampai saya kemudian curiga... Jangan-jangan sampel yg bolak-balik itu bukanlah sampel yg sama yg pernah kami kirim sebelum-sebelumnya. 
Akhirnya pas pengiriman revisi sampel yg terakhir, saya ikut...saya bilang ke staff BUMN yg kawannya teman dari kawan saya itu, OK atau gak OK hasil trialnya, sampel akan kami bawa pulang dan produk akan kami kirim lagi saat ada kejelasan PO. 
Eh....sampai akhirnya kami membubarkan CV kami, itu PO gak pernah turun juga....kalo dihitung-hitung ya rugi 60 juta'an tahun 2011 - 2012 untuk project stand gak jelas itu. Dan nominal segitu yang hilang jadi material yang gak bisa dipakai di tahun 2012'an itu ya lumayan berasa nyeseknya.
Kutipan Quote di Kisah 'Seniman Besi' - dok. Pribadi

Salahnya mungkin waktu itu saya gak ikut bergabung LPB YDBA...mungkin kalo dulu ikut gabung YDBA terus diarahkan dan diikutkan pelatihan mungkin saya gak akan seperti sekarang ini....usaha bubar dan balik jadi buruh yang nungguin gaji bulanan lagi...hehehehe.

Cerita diatas itu adalah sepenggal cerita perjalanan saya merintis bisnis yang kemudian 'Kandas' dan 'Ambyar'. Cerita-cerita seperti yang saya ceritakan diatas gak akan sampeyan temukan di buku Rantai Tak Putus-nya mbak Dee Lestari. 
Tapi setidaknya buku ini (semoga) bisa menyadarkan semua yang membaca bahwa dunia Industri di Indonesia itu di putar dan didominasi oleh UMKM. Bayangkan lebih dari 99,5% UMKM yang diakui atau tidak justru menopang berputarnya roda Industri di Indonesia. Gak percaya ?

Kalo sepengetahuan saya sebagai salah satu pelaku di dunia Industri, misalnya kita sebut saja brand otomotif terkenal seperti Toyota, Daihatsu atau Honda...dibalik brand-brand besar banyak mata rantai UMKM yang berkesinambungan menarik bahkan menyokong brand-brand ini untuk terus bisa merakit dan memasarkan produknya. Dari satu type mobil atau motor bisa ratusan UMKM yang berperan serta berproduksi dan menyuplai part-partnya. Dan apakah masyarakat lalu kenal dengan UMKM-nya ? Saya rasa tidak...orang-orang hanya tau brand/merk yang mereka nikmati kenyamanannya.
Itu baru dari produk Industri otomotif....belum termasuk UMKM yang memproduksi alat, sarana pendukung ataupun agar perusahaan besar bisa tetap eksis. Tapi bagaimana dengan income-nya ? Amat sangat jauh perbandingannya. UMKM itu bisa menghasilkan income 250 ribu atau 1 juta rupiah per hari sudah sangat wah banget....bandingkan dengan perusahaan skala besar yang bisa menghasilkan ratusan juta atau milyaran rupiah dalam 1 hari.

Banyak yang bilang bahwa ekonomi Indonesia bisa bertahan dan bangkit pada gelombang resesi dunia di tahun 1998 berkat UMKM. Pada saat banyak perusahaan raksasa akhirnya kolaps dan tumbang satu persatu, UMKM di Indonesia bisa tetap bertahan hidup. Peran UMKM yang besar dalam pergerakan ekonomi Indonesia bukan tanpa problem, justru problem yang dihadapi UMKM nyaris sebesar perannya sebagai pilar ekonomi kerakyatan. Kesulitan pemasaran produk, keterbatasan modal, pengadaan bahan baku, sumber daya manusia dan ilmu manajemen yang apa adanya adalah problem mendasar yang sampai saat ini terus berbenturan dan dihadapi para pelaku UMKM.

Sejauh mana peran pemerintah dalam membina dan membantu UMKM ? Ya segitu-gitu saja sepertinya...
Seperti misalnya pada saat pandemi ini, banyak UMKM (dadakan) yang berusaha memanfaatkan peluang usaha pembuatan masker kain, APD medis dan perlengkapan pelindung seperti face shield yang bisa diproduksi secara rumahan. Tapi kemudian stok bahan baku-nya di hambat oleh koorporasi besar atau malah ada regulasi-regulasi yang kemudian membuat barang produksi UMKM mentok dipemasaran karena kalah dengan 'para pemain besar'.
Dalam segi permasalahan permodalan misalnya, pemerintah lebih memilih bugjet yang sedemikian besar....kalo menurut saya, umpak-umpak'an untuk Program Kartu Pra Kerja...sementara kemudian para penerima Fasilitas Pra Kerja ini kemudian tetap saja tidak bisa kerja karena ketiadaan lapangan pekerjaan. Seandainya saja pemerintah lebih bisa membaca angka riil yang mengatakan bahwa jumlah UMKM yang mencapai 99,5% dari jumlah total perusahaan dan mampu menyerap setidaknya 65% dari jumlah tenaga kerja yang produktif, bukanlah lebih baik jika dana yang besar itu kemudian disalurkan untuk pendampingan, pendayagunaan dan menciptakan fasilitator tangguh untuk lebih bisa memacu pertumbuhan UMKM di Indonesia ?

Beruntungnya di Indonesia ada YDBA (Yayasan Dana Bakti Astra), yang merupakan lembaga swasta non profit dan sudah bertahan selama 4 dekade  (Mei 2020 ini berulang tahun yang ke 40). YDBA ini dari awal pendiriannya sudah berkomitmen untuk fokus dalam pengembangan UMKM. Walaupun memang pada awal pendiriannya, sepengetahuan saya....baru fokus membantu UMKM vendor-vendor Astra untuk menjadi perusahaan yang lebih rapi, lebih baik dan lebih profesional. Tapi seiring berjalannya waktu YDBA lebih membuka diri untuk bisa menjangkau semua sektor UMKM yang bisa dibina oleh para fasilitator dan Pemberdaya Muda yang dijadikan ujung tombak perpanjangan visi YDBA.

Saya kira Buku ini menarik untuk dibaca para pelaku UMKM dan para pemangku kebijakan yang bersentuhan langsung dengan industri UMKM. Setidaknya buku ini bisa memberikan isyarat bahwa pemerintah tidak bisa berjalan sendiri untuk melakukan langkah berkesinambungan dalam menggerakkan ekonomi Indonesia melalui UMKM. Ada lho Yayasan Non pemerintah yang juga memberikan kontribusi dan perduli dalam merawat UMKM Indonesia.

Maju Terus UMKM Indonesia...
Changing Spirit...
Compassion to Help Others...
Commitment...
Consistency..
4C Spirit - dok. Pribadi
Dan yakinlah Bad day Pasti Berlalu....
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu