Bapakku itu Petrus....Sang Batu Karang

Bapak itu selalu ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan untuk lebih berhasil dalam hidupnya daripada dirinya, itulah sebabnya maka Bapak itu berkeras hati anak-anaknya bisa menempuh pendidikan lebih tinggi dari dirinya. Pokoknya anak-anaknya harus punya kesempatan jadi Sarjana bagaimanapun caranya....walaupun memang tidak semua anaknya akhirnya bisa menjadi Sarjana.

Bapak mengajarkan anak-anaknya untuk selalu mandiri dan bertanggungjawab menyelesaikan segala kesulitan hidupnya....walaupun dibelakang layar, Bapak akan selalu berusaha agar anak-anaknya lebih sedikit menghadapi kesulitan daripada dirinya.

Bapak itu selalu bersikap keras ketika anak-anaknya mengabaikan waktu belajarnya...atau ketika anak-anak-nya ada angka merah di raport-nya. Seringkali seblak kasur dan sapu tebah kasur (sapu lidi) melayang ketika anak-anak-nya lupa pulang karena sibuk mengejar layangan. Pokoknya anak-anaknya harus bisa Ranking di kelasnya...minimal 3 besar.

Bapak itu jarang ada di album foto keluarga, karena Bapaklah yang selalu sibuk nenteng-nenteng kamera 'Ricoh' kebanggaannya untuk bisa mengabadikan setiap momen penting dalam hidup anak-anaknya.

Bapak itu selalu tepat janji !! Dia akan selalu memegang janjinya untuk membantu seorang teman atau orang lain yang membutuhkan, meskipun mungkin ajakanku untuk pergi liburan ke rumah nenek sebenarnya lebih menyenangkan.

Bapak akan (sedikit sedih) lalu memperlihatkan raut muka marah kalo pas sore sepulang kerja tidak ada anak-anaknya yang menyambutnya sambil berebut membukakan tali sepatunya atau membawakan tas kerjanya, karena anak-anaknya sedang sibuk bermain dengan teman-temannya. 

Bapak paling semangat ketika diminta mengantar anak-anaknya untuk ikut lomba-lomba...lomba baca puisi, lomba dokter kecil, lomba cerdas cermat di kecamatan, karena mungkin itulah bagian dari kebanggaannya terhadap prestasi anak-anaknya.

Bapak itu dulu yang paling ribet dan selalu meributkan aku akan meneruskan sekolah (SMA) dimana. Dan ketika aku berkesempatan ikut seleksi akhir di SMA Taruna Nusantara (waktu itu angkatan ke-2), Bapaklah yang dengan bangga mengantarkanku sampai di depan pintu gerbang aula seleksi penerimaan di Magelang....dan akupun bangga diantar Bapak meski Bapak itu gak punya setelan PDL dengan melati atau bintang yang jejer-jejer di pundak. 
Kemudian Bapak juga yang sibuk merencanakan dan mempersiapkan syukuran, sekedar berandai-andai seandainya aku kemudian di terima disana....walaupun nenek tidak setuju dengan kebanggaan Bapakku itu karena alasan-alasan tertentu.

Ketika akhirnya aku tersisih di seleksi akhir SMA Taruna Nusantara karena alasan pengurangan kuota penerimaan, Bapak jugalah yang kemudian berjuang menghubungi kenalannya di hari-hari akhir menjelang tahun ajaran baru agar aku tetap bisa sekolah tahun itu juga di STM terbaik yang bisa menjamin masa depan anaknya ketika lulus.

Bapak juga yang kemudian mau repot-repot mengemudikan mobil bak terbukanya...sendiri, untuk mengantarkan sepeda balap 'Federal' yang aku ingin bawa ke kost-kost'an agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain yang bisa ke sekolah naik sepeda. Dan bahkan kemudian mau kerepotan untuk ambil sepeda itu lagi di kost-kost'an ketika aku selesai tamat STM.

Bapaklah yang menampakkan raut marah ketika memergoki anaknya mulai belajar merokok dan pulang nongkrong bau minuman. Beliau, walaupun cuma bisa menggerutu, akan mengatakan 'Hidupmu dan masa depanmu adalah tanggung jawabmu sendiri...kamu yang akan mengalami dan menjalaninya sendiri...apapun yang kau perbuat pada tubuhmu...bertanggungjawablah sepenuhnya jika terjadi akibat dari perbuatanmu'...'Wong belum bisa cari duit sendiri aja gaya-gaya-an pakai bakar-bakar duit' gitu omelnya.

Bapak sedikit menampakkan raut kecewa ketika aku menolak untuk melanjutkan sekolah lagi di Akademi dan memilih bekerja. 'Bapak dan Ibu sudah berusaha memberikan kesempatan yang sama untuk semua anak-anaknya....kamu gak usah mikir bagaimana nanti bayar uang semesterannya... darimana biaya hidupmu di perantauan...karena Bapak dan Ibu akan mengusahakan sebisa mungkin impianmu akan berhasil'...'Kowe ora usah susah-susah mikir le...ben Bapak ae sing mikir piye carane....cukup sekolah sing bener dan urip sing bener'. 
Tapi sekali lagi...Bapak menyerahkan segala keputusan langkah hidupku di tanganku dan Bapak jugalah yang paling bangga ketika kemudian aku memilih untuk mulai kerja jadi buruh di sebuah perusahaan kecil di Bandung.

Bapak itu, dengan caranya, akan selalu menyakinkan aku untuk bisa mewujudkan hal-hal yang tampak mustahil terwujud. Seperti ketika di tengah-tengah masa kuliah aku kehilangan pekerjaan yang membuat aku harus bertahan hidup dan mencoba menyelesaikan kuliah yang awalnya aku bersikeras biayai sendiri dengan kondisi keuangan yang terseok-seok.
'Keluarga adalah satu-satunya tempat kembali...ketika kamu sudah merasa tidak mampu lagi berjuang seorang diri di luar sana' begitu katanya....walopun aku tidak lantas menyerah dan 'kembali' ke rumah, setidaknya aku masih mencoba untuk bertanggung jawab dengan segala langkah hidup yang sudah aku buat...seperti kata Bapak.

Jadi laki-laki itu harus kuat dan bertanggung jawab....jangan pernah menyerah karena Tuhan akan selalu menunjukkan jalan, kata Bapak. Bapak itu tidak pernah serta merta kemudian memberi bantuan uang ketika aku sudah sangat putus asa dan berkekurangan. Tapi Bapaklah pelanggan paling setia yang selalu membeli dan dengan bangganya menggunakan segala macam barang yang sedang aku berusaha dagangkan.
Produk Kaos Raglan Krezek dot net - dok Pribadi

Bapaklah orang yang paling bangga ketika aku mengajaknya ke Bekasi dan menunjukkan rumah mungil yang aku tempati setelah akad kredit dengan DP subsidi dari tabungan Bapak. 'Daripada buat ngontrak kan lebih baik uangnya buat nyicil rumah...iya tho' katanya. Kebanggaan yang tidak pernah mampu dibelinya karena dengan gaji PNS-nya boro-boro bisa nyicil rumah...bisa menyekolahkan kami anak-anaknya sampai ke jenjang tertinggi saja sudah merupakan mukjizat Tuhan.

Bapak selalu bersikeras bahwa anak-anakku kelak harus bersikap lebih baik daripada sikapku dulu ke Bapak. Bapak mungkin tidak selalu mencoba menjadi yang terbaik diantara orang-orang yang aku kenal, tapi aku yakin dan percaya Bapak hanya selalu akan mencoba melakukan yang terbaik bagiku dan anak-anaknya.

Bapak itu selalu yakin dan percaya bahwa aku mencintai Tuhan dengan sepenuh hatiku....sesuai dengan apa yang selalu ditunjukkannya melalui perilaku hidupnya. Bapak juga yang selalu mengajarkanku dan mencoba membentangkan jalan agar aku selalu bisa menggapai cinta Tuhan sepenuhnya, karena aku yakin diapun sangat mencintaiku berkat karunia cinta Tuhan.
Bapak itu adalah Petrus...Sang Batu Karang, dimana telah Tuhan letakkan pondasi yang kokoh dan tak tergoyahkan untukku dan anak-anaknya.
Sugeng Ambal Warso - dok. Pribadi

Selamat Ulang Tahun pak...
Tuhan Memberkati
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu