Layang-Layang, Permainan Yang Mengasyikan Namun Berbahaya

Bermain layang-layang
Bermain Layang-Layang - dok. Pribadi
Kuambil buluh sebatang, 
kupotong sama panjang
Kuraut dan kuikat dengan benang, 
kujadikan layang-layang

Bermain.... Berlari
Bermain layang-layang
Berlari kubawa ke tanah lapang
Hatiku riang dan senang... 


Masih ingat lagu ini? Atau gak pernah tau...gak pernah dengar ?
Mungkin untuk generasi milenial yang kekinian sudah gak paham lagi dengan esensi dan 'rasa' yang terungkap di lagu ini. Tulisan ini saya buat bukan karena 'mumpung' orang lagi ramai ngomongin lagu anak-anak.... Balonku-lah... Naik-naik ke puncak gunung-lah.... Naik delman istimewa-lah....
Bukan karena itu...

Saya tuh cuma mau cerita sedikit tentang layang-layang. Permainan layang-layang ini termasuk salah satu permainan yang umum dilakukan anak-anak, bahkan orang dewasa, pada musim pancaroba. Permainan Layang-Layang yang paling umum dimainkan ada 2 jenis permainan, yaitu Permainan Layangan Hias dan Layangan Aduan.

Pada permaian Layangan Hias, umumnya layangannya besar ukurannya dan macam-macam bentuknya. Permainan ini sering diadakan dan dilombakan di daerah pesisir atau bahkan di tepi pantai. 

Sedangkan Layangan Aduan bisa di lombakan (diadu) dimana saja.

Nah, ini yang seringkali menjadi masalah. Di beberapa daerah sudah banyak berita tentang orang yang mengalami kecelakaan akibat layangan. Seperti berita yang di muat di Tribunnews ini contohnya. Yang menyeramkan, terutama buat saya yang biasa kemana-mana digendong...eh naik motor ding....adalah berita kecelakaan di Solo beberapa waktu yang lalu.
Status Facebook
Status Facebook Teman dan Seorang Kawan - dok. Facebook
Kenapa sedemikan berbahaya ? Benang layang-layang aduan, sering disebut benang gelasan (yang bagus katanya) adalah benang yang tajam sehingga dengan mudah memutuskan benang layangan lawan. Sampeyan tau gak bagaimana cara bikinnya benang gelasan ini ?

Dulu, jaman saya masih di kampung dan suka ikut-ikutan orang gede (baca: lebih dewasa) main layangan, saya pernah ikut dan bantu teman saya bikin benang gelasan. Kira-kira begini caranya:
  • Beli benang jahit yang bagus kualitasnya, kalau sekarang malah seringkali pakai senar pancing....kebayang kan seberapa alotnya itu senar.
  • Kumpulkan pecahan kaca - beling bekas piring, gelas, kaca nako dan masukkan dalam karung.
  • Tumbuk dan pukul - pukul beling itu sampai jadi serbuk yang sangat halus....halus banget ya sampai seperti debu.
  • Masukkan debu beling itu dalam wadah kaleng, beri air dan pewarna (seringkali ditambahkan juga putih telur sebagai perekat antara debu beling dan benang....)
  • Aduk cairan beling itu sampai merata.
  • Nah ini tahap yang paling berbahaya....benang di urai dan direndam dalam cairan tadi....
  • Setelah terendam beberapa saat, si benang yang sudah dilapisi debu beling tadi di jemur.
  • Penjemurannya, kalau saya dulu di kebun pisang....kan ada rumpun pohon pisang itu...nah si benang ini di lilit-lilitkan di seputaran rumpun pisang.
  • Tunggu sampai benang mengering, baru digulung di tempat gulungan benang...bisa kaleng...bisa botol kaca.
Jangan tanya apa tangan tidak terluka pas bikin benang gelasan itu....karena pasti jari dan telapak tangan baret-baret bahkan mungkin sampai sobek. Tak jarang juga sampai berdarah-darah.

Ini orang tua apa tau aktivitas anaknya berkreasi seperti ini....belum tentu mereka tau. Kalopun tau, orang tua seringnya akan diam saja karena dianggap tidak membahayakan.

Bicara standar atau batasan kekuatan benang, mana ada Undang-undang yang dibuat untuk mengatur ini. Bahkan Rancangannya aja boro-boro ada yang mengusulkan. Hal seperti ini memang cenderung dianggap remeh....seperti ya yang saya sebutkan tadi, bahwa orang tua kemungkinan akan diam saja walaupaun tau anaknya sedang 'bermain-main' dengan benang gelasan.

Yang unik dari permainan layang-layang aduan ini adalah kita tidak pernah tau siapa musuh kita....dan berada di sebelah mana. Tergantung seberapa tinggi kita menerbangkan layang-layang kita. 

Ketika layangan saya, layangan sampeyan atau layangan musuh kalah dan putus, kita tak kan pernah tau juga sampai dimana layangan itu jatuh....atau seberapa panjang benang gelasannya terjuntai. Layangan yang putus ini bisa nyangkut di pohon...di kabel listrik atau terselip diantara genteng rumah orang.
Disinilah letak bahayanya. Bayangkan jika layangan itu nyangkut di pohon lalu benangnya terjuntai dari satu pohon ke pohon yang lain dan melintang di tengah jalan. Bayangkan kemudian ada pemotor yang melaju sedikit kencang lalu apes sehingga benang gelasan itu pas nyangkut di leher atau di mukanya. Pasti kemudian akan kebeler (tersayat) benang yg tajam tsb. 
Misalnya benang itu cuma melukai kulitnya sedikit saja, tapi karena kaget si pemotor ini terjatuh...lalu membentur sesuatu di depannya.....celaka kan...

Jaman sekarang beda dengan jaman dulu dimana anak-anak bisa bermain layangan di tanah lapang atau di sawah kering. Jaman dulu setiap ada layangan yang kalah, adalah satu keasyikan tersendiri saat mengejar dan berebut layangan putus tersebut. 

Jaman dulu yang paling di takutkan adalah saat bermain layangan lalu tiba-tiba mendung dan ada petir. Makanya dulu ada ilmuwan bernama Benyamin Franklin yang sampai bisa membuat percobaan penangkal petir. 

Jaman dulu gencar di kampanyekan 'jangan bermain layangan di dekat kabel listrik' karena bahaya untuk sang pemain yg bisa kesetrum. Dari situlah bisa disimpulkan bahwa arus listrik bisa mengalir dari kabel listrik yg tersayat ke benang layangan mencari titik grounding-nya. 

Ya begitulah layangan.... 
Sebuah permainan yang mengasyikan tapi tidak banyak yang menyadari bahayanya... 
Sampai sekarang....
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu