Esemka, Perjalanan Panjang Pabrik Mobil Dalam Negeri Dengan Dinamika Intrik, Politik Yang Menggelitik Publik

kalau bukan sekarang, kapan lagi

"Kalau bukan sekarang, kapan lagi" Itu yang dituliskan Pak Presiden Jokowi di kap depan Esemka Bima 1.3 yang di test drive pak Jokowi.

Setelah peresmian Pabrik Esemka di Boyolali kemarin tanggal 06 September 2019, banyak pihak yang kemudian mencuitkan rumor bahwa mobil Esemka itu serupa (Rebadge) mobil China (Changan Star Truck). Sementara Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto menyebutkan bahwa sekitar 80% komponen Esemka merupakan kandungan lokal dalam negeri.

Saya tidak ingin menambah kusut pro - kontra Esemka itu buatan mana, karena bikin mobil itu berat gaeess....tidak sesimpel ngaduk adonan cimol trus bisa langsung gelar dagangan.

Saya cerita awal mula Esemka aja ya...sebatas yang saya tau. Saya kebetulan kenal seorang petinggi PT. SMK (dulu sih tahun 2012 disini link-nya), dulu memang ada rencana PT. SMK akan bekerja sama dengan dua pabrikan Cina, Chery Automobile Co dan Guangdong Foday Automoblie Co. Makanya dulu ada produk Esemka yang sangat mirip dengan Foday, Rajawali I Alpha yang merupakan CKD dari Foday Explorer 6, atau Rajawali I Prototype yang merupakan CKD Chery Tiggo.

Dulu, project Esemka itu adalah merupakan kelanjutan project pemberdayaan lintas Kementrian karena melibatkan Sekolah Menengah Kejuaruan (SMK) dan industri, dimana setiap sekolah kejuruan (vokasi) bisa menerapkan sistem Teaching Factory. Teaching Factory ini sendiri diharapkan bisa menjembatani lulusan pendidikan vokasi (SMK) dengan kebutuhan industri. Makanya project Esemka ini sebetulnya tidak hanya mobil, dulu ada motor Esemka (yang bekerja sama dg PT. Kanzen) dan laptop Esemka (dari brand Zyrex).

Kembali ke mobil Esemka, tahun 2010 sempat ramai pemberitaan tentang mobil Kiat Esemka (belakangan nama 'Kiat' harus dilepas karena ada permintaan dari pihak-pihak terkait. Kiat Esemka sendiri merupakan prototype hasil rakitan bengkel karoseri mobil H. Sukiyat di Trucuk, Klaten yang melibatkan siswa SMK Trucuk Klaten. Komponen Kiat Esemka saat itu memang kebanyakan adalah komponen 'comotan' dari produk mobil yang ada di pasaran. Cerita tentang Mobil 'Nasional' Esemka sendiri kemudian menjadi ramai diberitakan setelah mobil rakitan H. Sukiyat ini tahun 2009 dibawa ke Solo untuk dipamerkan di SMK 2, Solo dan diperkenalkan sebagai cikal bakal mobil nasional oleh Pak Jokowi, yang saat itu adalah walikota Surakarta.

Setelah ramai dipemberitaan tentang Kiat Esemka, baru pihak PT. Solo Manufaktur Kreasi (SMK) membuka cerita bahwa brand "Esemka" ini digagas setelah deklarasi Solo Kota Vokasi tahun 2007. Project mobil Esemka (melalui program SMK Bisa) dirancang dari tahun 2008 sampai 2009 dan baru pada 2010 didaftarkan untuk mendapat izin atas nama Esemka. Tahun 2010, PT SMK memang kemudian melibatkan mahasiswa (dan dosen) Akademi Teknik Warga, Surakarta untuk melakukan rancang bangun mesin, gearbox dan sasis untuk mobil Esemka.

Tahun 2012, PT. SMK mengundang pelaku-pelaku usaha dan pembuat spare part otomotif nasional, ke Solo Techno Park (kantor PT. SMK dulu) untuk 'memilih' part-part mana yang bisa dikerjakan di pabrik (bengkel) mereka (saya dulu diajak tapi pas kebetulan gak punya ongkos berangkat ke Solo...hehehe)....ongkos aja gak punya apalagi modal kerja....
vendor lokal esemka 2012
Form Isian Calon Vendor Esemka 2012 - dok. David Sigit H

Sekedar info kalo yg namanya mobil itu part-part'nya ratusan....atau bahkan ribuan. Dari baut sampe ban....dari kaca sampai lampu setopan....belum kabel sampai karpet. Jadi kalo dibilang 80% part-part Esemka merupakan produk dengan kandungan lokal, itu dulu Avanza-Xenia yg saya sempat ikut ngerjain projectnya, saya cuma kebagian bikin cetakan (dies) nya untuk 5 part kalo gak salah ingat. Itu dari material plat, pipa sampai cat-nya dituntut harus ada sertifikasi supplier lokalnya, baru bisa memenuhi syarat TKDN.

produksi tempat ban serep avanza - xenia
Produksi 'Tempat Ban Serep' Avanza-Xenia, dok. pribadi 2010
Jika kemudian ada klaim Avanza-Xenia itu kandungan lokalnya 94%, Terios 89%, Agya-Alya 92% dan Sigra-Calya 92%, menurut saya ya memang seperti itu faktanya. Karena Astra Daihatsu Motor sebagai pabrikan dari brand Daihatsu-Toyota didukung ribuan vendor lokal baik yang tergabung dalam Group Astra atau yang merupakan vendor binaan Yayasan Dana Bakti Astra. Dan untuk membuat jaringan skala nasional seperti itu bukan dalam waktu seketika mak bedunduk langsung jadi.
Lalu bagaimana dengan Esemka ? "Setinggi-tingginya untuk existing brand yang sudah sekian tahun komponen (TKDN) baru 85%, mimpi kita mendekati itu. Tapi mudah-mudahan secara signifikan bisa ter-collect poin to poin untuk mendapatkan signifikan. Kita berusaha bagaimana produksi dalam negeri menjadi sumbangsih ekonomi," jelas Presiden Direktur PT. SMK Eddy Wirajaya. Disebutkan juga bahwa banyak industri nasional yang telah menjadi supplier part Esemka, seperti misalnya PT. Usra Tampi, Cikarang Manufaktur Persada, PT. INKA dan banyak lagi. Mungkin secara akumulasi TKDN mobil Esemka saat ini sudah bisa mencapai 60%. "Artinya local content-nya sudah baik. Meskipun saya tau pasti belum sampai angka 80%, apalagi 100%. Tapi sebagai sebuah usaha pertama dalam memulai industri otomotif dengan brand dan prinsipal Indonesia, ini kita harus (apresiasi dan) acungi jempol keberanian PT. Solo Manufaktur Kreasi ini", ujar Pak Presiden Jokowi saat peluncuran perdana Esemka.

Kalo diceritain,  mungkin mereka yg cuma nyinyir dan teriak 'Itu mobil Esemka (katanya) mobil nasional rasa Cina', anaknya mungkin mainannya Hot wheels keluaran Matel Cikarang.  Yang bangga dan ngira itu produk import padahal bikinan lokal.
Situ sehat om ??

Kembali ke tahun 2012, prototype Esemka Rajawali I dibawa ke Jakarta untuk uji emisi. Pakai acara pelepasan dengan ritual mandi kembang segala....kata seorang teman di FB. Langsung orang berebut pada indent dan mencapai angka 10.000 unit pesanan waktu itu. Hasilnya....tahun 2012 Prototype Esemka gagal tembus uji emisi.
Oh iya, pas saat itu pak Jokowi sudah mulai sibuk dg kampanye Gubernur DKI-nya jadi gak fokus dengan soal dukung mendukung project Esemka...lha kan pak Jokowi mau jadi gubernur DKI...bukan gubernur Esemka.
Setelah tahun 2012, Project Esemka kemudian mati suri. Petinggi PT. SMK (yang saya kenal tersebut) kemudian terlihat (dari status-status medsos-nya) pindah haluan sehingga memperlihatkan dukungan membenci pak Jokowi, dan sepertinya makin meruncing ketidaksukaan pada Pak jokowi saat Pilpres 2014, entah apa dasar dan masalahnya.
Dari semenjak itu jadilah mobil Esemka ini didapuk sebagai kendaraan politik yang penuh intrik. Iya intrik untuk sekedar mengkritik atau mungkin jadi komoditas nyinyir penggelitik publik.

Project Esemka kemudian mengalami beberapa kali sempat berpindah-pindah tangan. Tahun 2015, Hendropriyono melalui bendera PT. Adiperkasa Citra Lestari mencoba berbagai cara mencari investor untuk mewujudkan produksi Esemka di Indonesia. Salah satunya dengan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman kerja sama dengan perusahaan otomotif Malaysia, Proton Holdings Benhard. Namun kemudian seiring dengan perkembangan dan dijualnya Proton ke perusahaan Cina (Geely) tahun 2017, kembali membuat Project Esemka kembali tidak jelas kelanjutannya.

Tahun 2019, menjelang Pilpres kembali berita tentang Esemka riuh rendah mengisi timeline medsos. Saat itu Pabrik PT. SMK yang dibangun di Boyolali sudah mulai set up produksi. Pabrik yang berdiri di lahan 11,4 hektar yang lengkap dengan showroom dan gedung perakitan (assembly hall stage) mulai melakukan perakitan unit Esemka Bima, yang kemudian ditunjukkan saat peresmian tanggal 06 September 2019.

Dengan lahan seluas 11,4 hektar tersebut, koq ya tetap aja ada yang nyinyir berkomentar (di medsos) "Pabrik yang cuma sepetak, bahkan pabrik sarden aja butuh puluhan kali spot seperti itu....katanya mau bikin mboil nasional, masif dan massal...seperti membawa 1 ember air lalu berkata, kita akan hijaukan gurun sahara".
Maaf ya mas bro, sampeyan pernah berkunjung ke pabrik perakitan mobil-kah ? Kalau belum, cobalah jalan-jalan ke pabrik mobil Honda di Karawang. Seberapa besar Line perakitannya....itu pabrik Honda yang di Karawang memproduksi banyak type lho dari HRV, BRV sampai New Brio. kurang lebih luas pabriknya 600.000 m2. Coba sampeyan konversi mana yang lebih besar ? Terus perbandingkan skala produksinya. Jadi kalo bikin perbandingan ya pabrik mobil dengan pabrik mobil mas bro....jangan pabrik mobil dengan bengkel mobil.

Mbok sekali-kali jangan cuma bisa nyinyir tanpa dasar. Saya sendiri sih gak bangga-bangga amat Indonesia bikin pabrik Esemka. Karena kembali lagi, bisa produksi tapi gak bisa menjual ya ujung-ujungnya tutup....

Cuma ya itu...saya sih mau mengutip tulisan Pak Jokowi di body Esemka Bima, "Kalau bukan sekarang, kapan lagi ? "

Yuk ah kita beri apresiasi usaha yang sudah mulai dibangun untuk mewujudkan mimpi bersama...kalau bukan kita, sebagai anak bangsa yang memberi apresiasi positif ya siapa lagi.

Walaupun kita sendiri saat ini bisanya baru cuma nyruput kopi...belum bisa ikut menanam dan memanen keuntungan jualan kopi.

Setidaknya ya itu...Mulai saja dulu-lah
Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu