Saya lulusan SMK, dulu bisa langsung kerja...sekarang bagaimana ?

Di Indonesia itu ada 14.218 SMK, yang terdiri dari 3.586 SMK Negeri dan 10.632 SMK Swasta. Sampai saat ini tercatat ada 5.020.847 siswa SMK. Ini baru SMK lho, yang lulusannya diklaim siap langsung bisa kerja setelah lulus (apa iya ??....entah 😄). Sayangnya data BPS menunjukkan bahwa kontributor angka pengangguran terbesar tahun 2017 itu justru dari lulusan SMK (sekitar 11,41% dari 7,01juta orang). Data BPS per Februari 2018, pengangguran lulusan SMK mengalami penurunan dari 11,41% menjadi 8,92% dari 6.87juta orang. Walaupun ada penurunan, data-data tersebut menunjukan bahwa kurikulum SMK saat ini belum mampu menjawab tantangan dunia kerja.

dok. Study Tour siswa SMK

Banyak faktor yang membuat kurang siapnya lulusan SMK untuk memasuki dunia kerja. Perubahan kurikulum-pun sepertinya belum bisa mengejar cepatnya perubahan dan kemajuan Teknologi dunia Industri. Contoh paling simpel, dari mata pelajaran Gambar Teknik (untuk SMK mesin), berapa banyak lulusan SMK yang bisa membuat gambar teknik. Ndak usah menggambar deh...membaca gambar teknik saja mungkin masih bingung, membedakan proyeksi Amerika dan Eropa saja mungkin belum bisa.
Belum lagi kalo ditanya yang berkaitan dengan software menggambar teknik, seperti misalnya Autocad saja dulu deh yang paling familier. Berapa banyak sekolah (SMK Negeri maupun Swasta) yang sudah melengkapi Laboratorium Menggambarnya dengan komputer dengan software tersebut dan sudah mulai mengajarkan dasar-dasarnya ? Itu baru pelajaran Gambar, belum pelajaran prakteknya. Secara komposisi antara Praktek dan Teori, sepertinya SMK di Indonesia masih pada komposisi 20% Praktek dan 80% Teori. Untuk sarana dan prasarana prakteknya, masih banyak juga SMK (SMK mesin dan automotif) yang masih menerapkan sistem 1 mesin 5 - 10 siswa karena keterbatasan mesin dan sarana praktek yang memadai.
Dari segala permasalahan tersebut, mungkin yang akhirnya memunculkan ide Project Teaching Factory (nanti saya coba ceritakan lebih lanjut di artikel berikutnya). Dari Teaching Factory ini diharapkan ada celah untuk bisa mensinkronkan antara pendidikan dan dunia kerja yang sesungguhnya. Dan beruntunglah di Kudus ada Yayasan Djarum Foundation yang mencoba mengisi celah yang belum tersentuh Kementrian Pendidikan dalam menjembatani celah antara Dunia Pendidikan dan Dunia Kerja (selengkapnya ada disini). Lalu bagaimana dengan daerah-daerah lain ?. Kembali lagi, ini merupakan tugas pemerintah, dalam hal ini Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Perindustrian, Kementrian Tenaga Kerja dan dinas-dinas terkait yang harus segera mencari solusi.

Jadi, untuk menyelesaikan atau setidaknya memberikan solusi untuk masalah Lapangan Kerja, tidak semudah hanya berorasi "Kalo kami terpilih memimpin negeri ini, akan kami buka 1 juta lapangan kerja".....Carane piye pak ?...Sampeyan sudah punya cara yang pas agar 5juta lulusan SMK nanti bisa langsung kerja ?.
Tidak juga semudah ngomong "Kalo nanti kami terpilih, tidak akan ada lagi tenaga kerja asing di negeri ini"....Caranya ?...Apa mau sampeyan usir semua tenaga kerja asing di negeri ini, terus kalo kemudian dibales dengan diusirnya tenaga kerja kita di negeri orang lain piye ?
Janji pas kampanye memang mudah, tapi pembuktiannya perlu proses dan kerja keras. Lalu apakah sampeyan-sampeyan sudah siap dengan program kerja nyata atau cuma janji dan retorika ?

Berikan saya alasan agar saya berubah pikiran dan mau memilih sampeyan....


Post Navi

Post a Comment

0 Comments

Close Menu