bagaimana kita akan berbagi waktu,
karena tak setiap detik waktuku bisa kujanjikan untukmu
begitu pula waktumu...
kita berpendaran dalam peredaran masing masing, wahai hatiku
bagai bulan dan bintang yang telah lalu malam itu,
karena tak setiap saat dirimu kupinta untuk memutari duniaku
kita telah mengikatkan nafas dalam percaya
dengan segala sisi kurangmu, seperti ketika aku memberikan lemahku
dan tetaplah menjadi bintang malamku
yang selalu menjadi penunjuk arah saat aku tenggelam dan hilang dalam penziarahan hidupku
dalam nyataku
tidak ada cinta yang mengharu biru seperti dalam film favoritmu
tidak akan selalu ada pundi yang senantiasa kugenggam untuk kuserahkan padamu
tanpa ada kereta kencana yang setia merayu dan menghantarmu menuju alam mimpimu
aku,
tak bisa menjanjikan untuk mempersembahkan kilau intan yang kan menyilaukan matamu
karena hanya paku dan belenggu yang kupunya untuk mengikatmu
dan mungkin akan menyakitkan rasamu
berselimut tangis dan kecewa yang selalu 'kan setia menghantui ujung malammu
tiada keindahan..
tanpa kesempurnaan...
atau kebanggaan yang mungkin kau harap bertemu di penghujung usiamu...
bila nanti saatnya tlah tiba....
sudikah kau menjadi istriku ?
bersama ingatan ini....
bahwa lelah tak kan pernah mampu menderaku...
bila engkau bersamaku
sejauh apapun itu...
bahwa dingin tak kan mampu meremukkan semangatku...
bila engkau menyelimutiku
sebeku apapun itu...
Karena bagiku...
engkaulah nafas yang telah Tuhan titipkan kala Ia renggut tulang rusukku untuk menjadikanmu
demi memahatmu jadi tempat bagi jantung hatiku
sebagai pelindung untuk ku sematkan masa di aliran garis darahku
Karena bagiku...
engkaulah alasanku untuk meniupkan sepenggal doa menjelang tidurku
bersama sepudar cahaya lilin dan rintik hujan yang mengingatkanku pada kisah awal kita bertemu
Sebab engkaulah perempuanku...
0 Comments